pendidikan adalah disiplin yang kuat. Disiplin yang kuat ini mengacu pada disiplin diri yang memiliki motivasi internal. Motivasi internal ini patut ditumbuhkembangkan agar tujuan pendidikan yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara bisa tercapai, yakni memajukan bertumbuhnya pendidikan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, serta tubuh anak. Ki Hajar Dewantara menjabarkan bahwa tujuan pendidikan terbagi menjadi tiga, yaitu :
Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa untuk mencapai kemerdekaan dalam konteks- Membentuk budi didik yang halus pada pekerti peserta
- Meningkatkan kecerdasan otak peserta didik
- Mendapatkan kesehatan badan pada peserta didik
Disiplin diri bisa terbentuk dari pelaksanaan budaya positif di sekolah. Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, dan bertanggung jawab. Budaya positif di sekolah bisa dibentuk dari hal yang paling sederhana yakni dari keyakinan kelas.
Keyakinan kelas merujuk pada nilai-nilai keselamatan dan kebahagiaan murid. Dalam pelaksanaannya, keyakinan kelas ini harus melibatkan peserta didik. Menurut Gossen (1998), “suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan”
Perubahan paradigma belajar sangat terasa ketika memasuki masa pandemi Covid-19. Pembelajaran yang biasanya dilakukan secara tatap muka berubah menjadi pembelajaran online atau daring. Setelah kurang lebih 2 tahun menjalani proses pembelajaran secara daring, sekolah mulai memberlakukan pembelajaran tatap muka tentu dengan protokol kesehatan yang ketat dan izin dari pemerintah setempat.
Permasalahan muncul ketika selama 2 tahun murid terbiasa belajar dari mana saja sehingga ketika dilakukan pembelajaran tatap muka murid sedikit terkejut dan acapkali melanggar peraturan sekolah, baik datang terlambat, berbicara kurang sopan, dan lain sebagainya. al ini tentu membutuhkan usaha pembiasaan budaya positif untuk menerapkan nilai-nilai kebajikan yang mereka yakini. Budaya pisitif yang terbentuk dimulai dari lingkungan kecil, yakni di kelas.
Dalam pembentukan keyakinan kelas ini, saya mengajak anak kelas X LPB. Saya memilih anak tingkat X karena mereka adalah anak yang baru beberapa bulan memasuki jenjang SMK. Tujuan dari pembentukan keyakinan kelas ini yakni mewujudkan murid yang merdeka dengan menciptakan pembiasaan yang positif dan meyakini nilai-nilai kebajikan universal dengan syarat memiliki disiplin yang kuat serta motivasi instrinsik. Tolak ukur dalam kegiatan ini yakni Murid membuat keyakinan kelas, meyakini dan mengindahkan keyakinan kelas.
Linimasa tindakan yang saya lakukan dalam pembentukan keyakinan kelas ini yakni :
- Berkomunikasi dengan Kepala Sekolah menyampaikan pentingnya budaya positif dan keyakinan sekolah.
- Mensosialisasikan kepada murid dan membimbing murid untuk membuat kesepakatan kelas.
- Mendesain kesepakatan kelas untuk dicetak
- Penandatanganan keyakinan kelas
- Menanam dan menumbuhkan kebiasaanaksi nyata menjadi budaya positif sekolah.
- Mensosialisasikan aksi nyata budaya positif kepada rekan sejawat
Dokumentasi secara lengkap bisa di klik di tautan berikut ini.
HASIL
- Murid mulai terlihat memahami keyakinan yang telah disepakati. Hal ini terlihat ketika salah satu murid melanggar keyakinan, murid yang lain meningatkannya.
- Murid sudah menjalankan keyakinan kelas, walaupun belum sepenuhnya. Murid menjadi lebih beriman kepada Tuhan Yang Maha esa, saling menghargai dengan anggota kelas lainnya, menciptakan rasa nyaman dengan tidak pernah terlambat, dan menjadi insan yang dipercaya ketika diberikan tugas baik akademik maupun non akademik
- Guru lebih mudah mengontrol murid karena setiap kegiatan yang mereka lakukan selalu dihubungkan dengan keyakinan kelas yang telah disepakatai.
- Pembelajaran lebih menyenangkan dan menimbulkan aura positif.
- Rekan sejawat/guru lain terdorong untuk membuat keyakinan kelas
REFLEKSI
Walaupun sudah terbentuk keyakinan kelas dan sudah diindahkan, namun guru harus tetap mengevaluasi agar kenyamanan bisa dimiliki semua siswa.