Di era digital seperti saat ini, masyarakat semakin dimanjakan oleh teknologi untuk semakin mengembangkan kemampuannya. Teknologi yang ada membuat manusia semakin mengasah kemampuan untuk terus berkarya dengan kreatifitas yang dimiliki.Â
Salah satunya adalah bagaimana kita mengabadikan sebuah momen berharga yang tidak mungkin terulang lagi dengan kamera yang kita miliki. Bagi saya, kamera adalah sebuah benda yang berharga karena selain menyimpan memori dalam bentuk foto, kita dapat mengabadikannya dalam bentuk video, tak terkecuali menjadi sebuah karya film.
Perkembangan kamera dari zaman ke zaman pun patut diapresiasi, karena yang awalnya dari sekedar menggunakan rol film yang harus melalui proses pencucian, hingga berkembang menjadi kamera-kamera mirrorless dan kamera yang memiliki fitur yang canggih dalam menggambil video.
Seperti Apa Kilas Balik Kamera?
Di abad 19, kamera saat itu diperkenalkan oleh George Eastmen pada 1885 dengan metode rol film. Saat itu, George memperkenalkan "Kodak" yang akhirnya menyebarluaskan ke dalam dunia fotografi sehingga menjadi cikal bakal hadirnya seluloid untuk film bergerak dan lahirnya industri film layar lebar.Â
Lalu di awal abad 20, kamera film mulai masuk ke kalangan masyarakat biasa dan tidak hanya kaum elit saja yang dapat menikmati. Dengan harga yang terjangkau dan berbagai jenis dapat dijumpai, seperti kamera film 35mm yang disebut dengan kamera full frame yang diproduksi oleh Ur-Leica.
Di pertengahan abad sampai akhir abad 20, mulai muncul kamera SLR (single - lens reflex) yang merupakan model lanjut dari kamera TLR (twins - lens reflex). Sekitar tahun 1950, Canon, Yashica, dan Nikon mulai mengedarkan kamera SLR di pasaran. Â
Di tahun 1981, mulai muncul kamera analog yang mengubah spektrum cahaya menjadi sebuah sinyal listrik yang diubah menjadi data digital lewat converter. Lalu, kejayaan kamera film mulai beralih ke kamera digital yang dipopulerkan Fuji di tahun 1989. Akhirnya muncul kamera DSLR yang diperkenalkan Nikon di tahun 1999 yang dapat menghasilkan gambar beresolusi tinggi.
Kamera - kamera beresolusi tinggi ini akhirnya membuat semangat muda mudi dalam membuat karya yang tidak hanya mencipta gambar tetapi juga video berkualitas. Terdapat kamera memiliki fitur tinggi seperti Kamera HDV Camcorder dari Sony yang memiliki kualitas tinggi karena memiliki tiga buah chip yang beresolusi tinggi. Dengan lensa kualitas tinggi, kamera ini dapat menghasilkan warna secara akurat serta gambar tajam yang memiliki aspek rasio 16x9 dan perekam video yang superior.
Selain itu, terdapat kamera 3D Camcorder yang disebut dengan kamera Electronic Field Production (EFP) yang memiliki kualitas tinggi dan seringkali digunakan dalam studio dengan metode penyesuaiannya sendiri. Lensa EFP umumnya dapat diganti dengan lensa zoom yang sesuai dengan lingkungan studio.Â
EFP biasanya ditempatkan dalam sebuah kerangka khusus dengan cahaya eksternal tambahan dengan jendela bidik besar yang terpasang pada kamera. Selain itu juga kamera sinema digital yang biasa disebut dengan kamera HDTV yang dapat secara ekstrim menghasilkan gambar beresolusi tinggi dan biasanya digunakan untuk membuat film, karena memiliki sensor CMOS (complementary metal-oxide-semiconductor).Â
Apa Dampak Kamera Dalam Industri Film?
Pemutaran film pertama yang berjudul Workers Leaving the Lumier's Factory karya Lumiere Brother merupakan tonggak sejarah film secara internasional. Film ini masih dalam format hitam putih dan juga masih tanpa suara atau bisu.Â
Hal ini membuktikan bahwa kamera tidak hanya bisa menyimpan sebuah gamabar, tetapi juga dapat memproyeksikan menjadi gambar yang berjalan atau terekam. Selain itu ada Film Le Voyage dans Ia Lune yang menyerupai pertunjukan teater dan diiringi oleh beberapa pemusik.
Dengan teknologi yang semakin berkembang dari kamera yang hanya membuat film hitam putih, saat ini menjadi semakin berkualitas tinggi dengan fitur yang beragam di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari film Roma di tahun 2018. Film ini merupakan Alfonso Cuaron yang didedikasikan untuk pengasuhnya, yang berlatar di distrik Colonia Roma di Meksiko pada wal 70-an.Â
Konon, Cuaron menggunakan kamera yang dapat menangkap gambar dengan sudut yang luas atau wide lens sehingga dalam sekali long take, dapat menyajikan sinematografi yang indah. Dengan kemampuan kamera yang begitu bagusnya, dapat membuat penonton tidak hanya fokus kepada tokoh utama, tetapi juga berbagai kejadian dan detail di latar yang ada.
Kehebatan Cuaron ini membuat filmnya dianggap merupakan karya elite dengan "isi" yang baik, sehingga tidak sia-sia dan sangat mendukung plot yang ada.
Kamera tidak hanya memberi pengaruh dalam industri film, tetapi juga masyarakat luas. Dapat dikatakan dalam komunitas masyarakat saat ini, kamera menjadi suatu hobi yang menarik untuk dijalani dan ditekuni. Salah satunya adalah bagaimana kamera klasik yang masih menggunakan film didalamnya masih digemari oleh anak muda. Alasannya tidak lain tidak bukan adalah untuk merasakan efek nostalgia yang diciptakan sehingga menciptakan efek throwback saat proses film dicuci.
Kamera dengan beragam fitur dan kegunaannya juga saat ini mampu membuat masyarakat menjadi semakin mencintai kegiatan yang memorable, karena dapat diabadikan lalu disimpan sampai kapanpun.Â
Perkembangan teknologi ini menjadikan masyarakat akhirnya berlomba untuk mengoleksi kamera sebagai barang yang antik dan juga bernilai tinggi karena jika dirawat dengan baik, kamera - kamera ini dapat berfungsi juga sebagaimana mestinya seperti dahulu.
Selain itu, dengan kamera yang saat ini beragam, memungkinkan seseorang untuk menceritakan sebuah kejadian tanpa harus memberikan penjelasan atas foto tersebut. Dengan fitur yang semakin tinggi dan tajam, membuat kamera semakin berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.Â
Bukan tidak mungkin, dengan kamera dan hasil jepretan yang memumpuni, kita dapat menjadikan hal itu sumber penghasilan kita. Saya adalah salah satu dari orang tersebut, saya menjual foto karya saya ke dalam beberapa aplikasi untuk dijual dan menghasilkan pendapatan sebagai "tambahan uang jajan". Ada berbagai macam aplikasi, seperti Foap, 500px, dan Shutterstock.
Sumber:
Sitepu, Herri. (2019). Bagaimana Awalnya Perkembangan Film?. Diakeses dari sini
Syukri, Haris. (2019). Â Review Film Roma (2018) - Memori Manusia dalam Lukisan Hitam Putih. Diakses dari sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H