Mohon tunggu...
Kris Mheilda SW
Kris Mheilda SW Mohon Tunggu... mahasiswa -

Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Prodi Ilmu Komunikasi kelas A Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Mencintai Alam, Teater, dan Kesenian ida=" Hidup itu untuk makan dan makan untuk beribadah"

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tolong Lindungi Kami Bukan Tiru Kami!

13 Oktober 2015   15:51 Diperbarui: 13 Oktober 2015   16:03 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“Jika hewan di hutan turun ke rumah penduduk mereka marah, tapi pernahkah berfikir mereka turun ke rumah penduduk karena habitatnya hilang?”

Kerusakan hutan kini menjadi sorotan di berbagai macam public. Banyak yang mengeluh atas dampak yang terjadi saat kerusakan hutan terjadi. Kabut asap yang kini menjadi trending topic di berbagai media tentu juga salah satu akibat dari kerusakan hutan. Berbagai dugaan siapa penyebabnya kini yang selalu menjadi permasalahan. berbagai pendapat yang muncul dari berbagai kepala mulai muncul. Mulai dari kesalahan PT, dan pembukaan lahan untuk ladang. Tanah longsor yang juga sering melanda diberbagai wilayah juga tentu sebagian besar kesalahan manusia. Seperti penebangan pohon secara liar, hingga akhirnya tanah tidak kuat untuk menahan air yang masuk ke tanah dan akhirnya menyebabkan tanah longsor. Lagi-lagi warga mengeluh dan menyalahkan pemerintah dan alam. Pantaskah sikap tersebut dilakukan?.

Melihat fenomena diatas tentu kita harus mulai berfikir mulai intropeksi diri, bagaimana jikalau hutan-hutan itu hilang pohon-pohon tumbang bagaimana dengan kehidupan kita masa mendatang? Bagaimanakah nasib binatang didalamnya? Akhir-akhir ini banyak sekali fenomena tentang turunnya hewan-hewan yang ada digunung ke rumah penduduk. Tentu seharusnya ini bukan menjadi hal yang tabu lagi karena ini adalah akibat dari kerusakan hutan yang kini banyak di exploitasi oleh beberapa orang. Kerusakan hutan yang merusak habitat asli hewan-hewan sangat merugikan. Hewan-hewan mati termasuk hewan langka yang terdapat didalamnya. Bukan hanya hewan yang akan hilang melainkan juga tumbuhan yang terdapat didalam hutan, tumbuhan-tumbuhan langka yang tentu juga hilang karena kerusakan hutan.

Saat ini selain kerusakan hutan banyak juga fenomena tentang perlakuan semena-mena terhadap hewan. Banyak sekali yang kini muncul diberbagai media seperti pemerkosaan orangutan yang terjadi di Kalimantan. Orangutan bernama ‘Pony’ ini mendapat perlakuan yang tidak baik dari orang yang mengalami kelainan seks . orangutan yang tidak mengerti apa-apa menjadi korban atas birahi manusia bejat. Seperti inikah perlakuan manusia terhadap sesama makhluk hidup? tentu seharusnya kita yang diberi kelebihan akal dan pikiran oleh Allah SWT selayaknya digunakan dengan sebaik-baiknya. Bukan malah digunakan untuk hal yang tidak bermanfaat.

Binatang dan tumbuhan sama-sama diciptakan sebagai makhluk hidup walaupun hanya manusia yang diberi kelebihan akal dan pikiran. Tapi, sekarang banyak sekali manusia yang bertingkah seperti hewan bahkan malah bisa melebihi. Sifat hewan yang serakah dan ingin menang sendiri kini banyak tercermin dari para pemimpin dari para atasan. Mereka korupsi seenaknya sendiri tanpa memikirkan yang lain. Seperti halnya hewan yang serakah akan makanannya. Akankah seperti ini cerminan dari seorang pemimpin? Tidak adakah rasa malu ? atau memang mata mereka di utakan oleh uang dan tahta?

Masalah yang kini di hadapi oleh bangsa Indonesia kali ini bukan lagi kemiskinan ataupun pengangguran, melainkan para petinggi yang akan mengatur negara yang menjadi roda untuk menggerakkan negara. Jika saja roda itu rusak tentu becak yang digunakannya juga akan sulit berjalan. PR penting untuk para pemimpin adalah jadilah pemimpin yang benar, yang dapat mengayomi masyaakatnya. Jangan serakah akan tahta dan harta karena sesungguhnya itu yang akan menyesatkan. Mulailah kita berfikir lebih baik, merubah diri menjadi lebih baik lagi. kita tinggalkan sifat kehewanan dan kebuasan kita. Melainkan kita lindungi binatang-binatang langka agar tidak punah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun