Pada Hari Raya Penampakan Tuhan (Epifani), Sabtu, 4 Januari 2025, Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, memimpin Perayaan Ekaristi, sekaligus membuka Tahun Yubileum 2025 di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ).
Kardinal Ignatius Suharyo menyinggung soal pengharapan dalam kotbahnya, sebagaimana tema Tahun Yubileum 2025, "Peziarah Pengharapan," sekaligus merujuk pada tema Tahun Arah Dasar KAJ 2025, yaitu "Kepedulian Lebih kepada Saudara yang Lemah dan Miskin."
Saya mengutip kotbah Kardinal Ignatius Suharyo yang mengatakan bahwa berharap tidak berarti diam, lalu menunggu sampai Allah sendiri bertindak. Berharap diartikan sebagai upaya kita yang terus mencari jalan-jalan baru, terus berusaha, terus bergiat agar yang kita harapkan akan semakin menjadi kenyataan, seraya percaya kepada Allah yang terus berkarya.
Kita diajak untuk bergiat dalam pekerjaan Tuhan, khususnya untuk saudara-saudari kita yang kurang beruntung. Harapan itu harus terus dipertahankan meskipun kenyataan hidup tidak selalu sama dengan yang kita inginkan.
Pemimpin Gereja Katolik Dunia, Paus Fransiskus dalam Misa Natal di Vatikan berharap agar Tahun Yubileum ini menjadi kesempatan bagi semua umat Allah untuk berjumpa dengan Kristus, Sang "Pintu" Keselamatan kita dan Sumber Pengharapan.
Baca juga:Â Disabilitas dan Inklusi: Mewujudkan Ruang yang Ramah Bagi Semua
Makna Tahun Yubelium
Dalam tradisi Katolik, Tahun Yubileum merupakan waktu bagi pembaruan spiritual, penebusan dosa, dan perbuatan amal kasih.
Tahun Yubelium disebut sebagai Tahun Suci. Tahun ini dirayakan secara khusus bukan hanya karena dimulai, ditandai, dan diakhiri dengan tindakan-tindakan suci yang khidmat saja.
Tahun Yubelium menjadi sangat istimewa bagi umat Katolik karena tujuannya yang mendorong umat kepada kekudusan hidup.
Yubelium pada dasarnya diadakan untuk memperkuat iman, mendorong karya-karya amal dan persekutuan persaudaraan di dalam Gereja dan di Masyarakat.Â
Umat Katolik dipanggil agar lebih tulus dan koheren dalam hidup beriman mereka kepada Kristus, satu-satunya Juruselamat. Dan, secara simbolis, Paus Fransiskus membuka Pintu Suci (Porta Sancta)Â sebagai tanda dimulainya tahun peziarahan penuh rahmat ini.