Namanya Bayu. Ia seorang pemuda sederhana. Ia menjalani hidupnya dengan prinsip yang kuat. Sejak kecil, orang tua Bayu mengajarkan tentang nilai-nilai kejujuran.
Bayu selalu diingatkan bahwa kejujuran merupakan hal penting dalam sebuah relasi dengan orang lain. Setelah menyelesaikan perkuliahannya, Bayu mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan besar sebagai staf pemasaran.
Di awal kariernya, dia sangat antusias bekerja. Ia bertekad untuk memberikan yang terbaik bagi kedua orangtuanya.
Seiring berjalannya waktu, Bayu mulai menyaksikan praktik-praktik kecurangan di tempat ia bekerja.
Rekan-rekan kerjanya sering kali memanipulasi data untuk mencapai target penjualan dan mendapatkan bonus yang lebih besar.
Suatu hari, Bayu mendapat tawaran dari Pak Sastra, atasannya, untuk bergabung dalam skema manipulasi yang menguntungkan.
"Kau hanya perlu sedikit mengubah angka-angka ini," demikian Pak Sastra memberitahu Bayu sambil menunjukkan contoh laporan penjualan yang telah dimodifikasinya.
"Semua orang di sini melakukannya, kawan. Inilah cara kita bertahan selama ini di industri ini."
Bayu merasa terjebak. Di satu sisi, dia ingin mempertahankan pekerjaannya dan mendapatkan pengakuan dari atasannya. Namun, di sisi lain, hatinya menolak untuk berkompromi dengan nilai-nilai yang telah dia pegang teguh selama ini.
Bayu mengingat dengan sungguh-sungguh nasihat kedua orangtuanya. Ia seolah berada di persimpangan jalan dan merasakan suatu beban moral yang sangat berat.
Baca juga: Cerpen -Â Langkah Kecil di Antara Hidup dan Mati
Setelah berpikir panjang, Bayu pun memutuskan untuk menolak tawaran itu. Bayu berkata kepada Pak Sastra:
"Saya tidak bisa melakukan itu, Pak. Saya percaya sepenuhnya pada nilai kejujuran dalam pekerjaan saya."