Ketika Perjumpaan Diakhiri dengan Perpisahan
Sebelas tahun yang lalu, ketika bapak saya meninggal dunia, ada rasa kehilangan yang mendalam. Begitu juga ketika empat tahun yang lalu, nenek meninggal, perasaan yang sama juga terjadi.
Hari ini, saya juga kehilangan seorang sahabat, teman dekat, seorang imam yang meninggal dunia pada hari ini. Perasaan emosional muncul karena perasaan kehilangan.
Ketika perasaan demikian muncul, berbagai memori masa lalu ketika bersama dengan orang yang telah "pergi" akan berputar kembali. Momen kebersamaan, entah sedih atau senang, bisa menjadi bahan permenungan batin sebagai bahan refleksi bagi pengalaman lain di masa mendatang.
Baca juga:Â Slow Living, Dilema Praktis Kebutuhan dan Ketenangan Hidup
Makna Harafiah
Perjumpaan dan perpisahan adalah dua sisi dari koin yang sama dalam kehidupan. Secara harafiah, perjumpaan merujuk pada momen ketika dua individu atau lebih bertemu, baik secara fisik maupun emosional. Sebaliknya, perpisahan adalah saat di mana mereka harus berpisah, baik karena alasan tertentu atau karena perubahan dalam hidup. Dalam konteks ini, setiap pertemuan pasti akan diakhiri dengan perpisahan, meskipun tidak selalu bersifat permanen.
Makna Filosofis
Dari sudut pandang filosofis, perjumpaan dan perpisahan mengajarkan kita tentang sifat sementara dari segala sesuatu. Para filsuf seperti Heraclitus berpendapat bahwa perubahan adalah satu-satunya hal yang konstan dalam hidup. Setiap perjumpaan membawa pelajaran dan pengalaman baru, sementara perpisahan memberikan kesempatan untuk refleksi dan pertumbuhan. Dalam konteks ini, kita belajar untuk menghargai momen-momen yang ada dan memahami bahwa setiap akhir adalah awal dari sesuatu yang baru.
Makna Psikologis