Ketika berada di tempat kerja, acap ditemui orang yang masih bekerja, meskipun waktu untuk  pulang  sudah berlalu. Dalam kondisi tertentu, ada orang yang senang bekerja dengan intensitas tinggi (workaholic). Tentu ada banyak alasan orang untuk tetap berada di tempat kerja. Namun, pernahkan terpikir apa yang sedang mereka kerjakan? Bagaimana mereka mengelola pekerjaannya?
Istilah workaholic sendiri diidentikkan kepada orang yang yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan, pekerjaan menjadi prioritas utama dibandingkan kesibukan lainnya. Keadan ini menyebabkan pikiran seseorang didominasi dengan pekerjaan. Akibatnya, orang mudah overthinking saat tugas kantor belum selesai. Sebaliknya, ada orang yang berusaha bekerja cerdas dengan menitikberatkan pada hasil yang mau dicapai. Mereka tidak suka bekerja terlalu lama dan berusaha menggunakan strategi.Â
Workaholic, Work Hard, Work Smart
Pada akhirnya, akan muncul perbedaan antara orang yang "sibuk bekerja" (workaholic), "bekerja keras" (work hard) dan "bekerja cerdas" (work smarter). Istilah-istilah ini bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, misalnya dari sudut pandang tujuan dan hasil, pengelolaan waktu, efektivitas, perencanaan dan strategi, pengelolaan eneri dan penggunaan teknologi.
Jika dilihat dari tujuan dan hasil yang hendak dicapai, orang yang sibuk bekerja dan bekerja keras akan berpusat pada volume tugas atau aktivitas yang dikerjakan tetapi tidak memperoleh hasil signifikan yang dicapai. Sedangkan, orang yang produktif akan fokus pada hasil dan akibat yang ditimbulkan. Indikatornya adalah hasil yang dicapai apakah memberi nilai tambah atau tidak.
Dari perspektif pengelolaan waktu, sibuk bekerja dan bekerja keras akan menghabiskan banyak waktu karena melakukan banyak tugas sekaligus tanpa skala prioritas. Akibatnya, energi menjadi terpecah-pecah. Sedangkan bekerja cerdas akan fokus pada hal-hal penting dan mendesak. Waktu untuk mengerjakannya akan dikelola dengan efisien.
    Baca juga : Vaksin Polio untuk Kesehatan Anak, Apa yang Perlu Diketahui?
Dari sisi efektivitasnya, orang yang sibuk bekerja dan bekerja keras bisa melakukan sesuatu secara multitasking. Cara ini sering kali menurunkan kualitas pekerjaan dan berpotensi menciptakan kesalahan. Sedangkan orang yang bekerja cerdas, biasanya melakukan satu tugas dalam satu waktu secara penuh dan fokus. Hasilnya dianggap lebih baik dan memiliki kualitas.
Berkaitan dengan perencanaan dan strategi, orang yang sibuk bekerja dan bekerja keras sering kali tidak memiliki perencanaan yang matang. Biasanya, orang akan lebih reaktif terhadap situasi daripada bersikap proaktif. Bahkan, cenderung melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak produktif. Sedangkan orang yang bekerja cerdas akan berusaha untuk memiliki perencanaan dan strategi yang jelas untuk mencapai berdasarkan skala prioritas dan urgensinya.
Dalam pengelolaan energi, orang yang sibuk bekerja dan bekerja keras akan cenderung menghabiskan energinya untuk melakukan banyak hal tanpa memperhatikan sisi manfaat dari istirahat. Akibatnya, muncul perasaan stres dan kelelahan. Bagi orang yang bekerja cerdas akan mengelola energinya dengan baik, menyediakan waktu untuk beristirahat agar bisa tetap fokus dan efektif.