kota Jakarta, ada banyak pedagang barang-barang bekas di tepi jalan. Mereka menjual barang-barang bekas yang tampaknya masih dapat digunakan. Pemandangan ini terlihat setiap hari dari pagi hingga malam.Â
Ketika melewati jalan raya di salah satu sudutBagi sebagian orang, kehadiran pedagang barang bekas seperti ini mungkin dibutuhkan. Namun, tulisan ini tidak akan membahas tentang barang dagangannya. Saya tertarik untuk melihat tempat dimana para pedagang barang bekas itu berjualan. Ya, trotoar.
Seperti yang kita tahu, trotoar merupakan tempat yang disediakan khusus bagi pejalan kaki. Masyarakat umum yang tidak menggunakan kendaraan umum, warga sekitar yang ingin melintas, dan lain-lain menggunakan trotoar sebagai sarana lalu lintas. Itu konsep dasar mengenai trotoar yang umumnya saya pahami.
Namun, melihat pemandangan pedagang barang bekas tadi, seketika muncul pertanyaan menggelitik, apakah fungsi trotoar saat sudah berubah? Mungkin ada peraturan fungsional yang luput sebagai pengetahuan masyarakat yang mungkin telah mengubah peruntukan jalur trotoar itu.Â
Daerah yang mengalami malfungsi jalur trotoar ini mungkin tidak hanya ini saja. Di tempat lain, mudah sekali menemukan trotoar yang telah beralih fungsi sebagai tempat usaha atau tempat parkir liar.
    Baca juga: Menilik Hobi, Menemukan Manfaat
Peralihan fungsi trotoar secara langsung dapat mempengaruhi kenyamanan para pejalan kaki yang melintas. Bagaimana tidak, jalur trotoar atau pedestrian memang diciptakan bagi para pelintas jalan atau pejalan kaki.Â
Tidak jarang, para pejalan kaki justru lebih memilih mengalah. Mereka bingung harus melalui jalan yang mana. Mau tak mau, mereka memilih untuk memasuki area jalan raya untuk melintas dan menghindari para pedagang itu. Tapi, seringkali hal ini dianggap sepele. Ketika para pejalan kaki memilih untuk menghindar dan melalui jalan raya, peluang resiko kecelakaan akan muncul.
Suatu ketika, ada seorang ibu terpaksa keluar dari jalur trotoar. Bukan rahasia umum lagi bahwa pengendara khususnya roda dua seringkali mengemudi dengan cepat bahkan cenderung tergesa-gesa. Sang ibu hampir saja tertabrak oleh sebuah kendaraan roda dua yang datang dari arah belakang. Beruntung, sang pengemudi cukup cekatan untuk menghentikan kendaraannya tiba-tiba.Â
Risiko kecelakaan dapat terjadi kapan saja. Sungguh disayangkan, pemerintah kota tampaknya belum sepenuhnya mampu "menertibkan" penyalahgunaan trotoar ini.