Tiga puluh satu tahun yang lalu, tepatnya tahun 1993, saya memulai perjalanan keluar dari "tempurung." Ya, saya memulai perjalanan dan pengalaman baru di tanah rantau. Tempat yang hendak saya tuju adalah Pulau Jawa, tepatnya Kota Jakarta.
Tidak ada harapan yang muluk-muluk tentang sarana transportasi yang akan saya gunakan. Sesuai dengan kondisi kantong yang ada pada saat itu, satu-satunya moda transportasi yang paling memungkinkan saya gunakan adalah bus.
Saya membayangkan perjalanan yang akan saya lalui. Beberapa hal yang sering saya dengar seputar perjalanan yang serupa dengan perjalanan saya ini adalah soal keamanan, kenyamanan, dan waktu perjalanan. Kala itu, jalur lintas Sumatera dikenal rawan karena banyaknya kriminalitas di jalanan. Begal dan bajing loncat dikatakan menguasai jalur tersebut sehingga membuat nyali masyarakat ciut ketika melintasinya.
Dikutip dari ROBERT ADHI KSP (https://robertadhiksp.net/), sejak proyek nasional maharaksasa sepanjang 2400 kilometer itu selesai dibangun dalam kurun waktu 10 tahun, Jalan Lintas Sumatera makin rawan kecelakaan lalu lintas sehingga membutuhkan rambu rambu lalu lintas. Selain itu, Lintas Sumatera yang membelah Pulau Sumatera dan menghubungkan Aceh sampai Sumatera Selatan-Lampung itu membuka peluang bagi penjahat “bergerak cepat”untuk melarikan diri.
Berita tentang pungutan liar di Jalan Lintas Sumatera dari Medan ke Sumatera Selatan-Lampung dimuat di Kompas, Sabtu, 11 Agustus 1984. Pungli yang dilakukan petugas terhadap sopir-sopir bus dan truk merajalela di lokasi tertentu di sepanjang jalan raya Medan-Jakarta. Pungli sering terjadi di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Lampung.
Selain itu, kondisi jalan yang rusak di banyak titik membuat para pengemudi kendaraan harus ekstra hati-hati karena sering terjadi kecelakaan. Beberapa titik yang memiliki lebar jalan yang pas-pasan dan berlubang menjadi tantangan yang serius ketika melalui jalan-jalan di daerah ini.
Baca juga: Parfum: Peluang Industri Lokal Bagi Para Milenial
Kondisi itu yang menjadi salah satu alasan bagi saya jarang kembali ke kampung halaman selain faktor keuangan dan faktor lainnya. Kerinduan pada kampung halaman tersimpan selama beberapa waktu lamanya. Dalam rentang 10 tahun terakhir, saya berkesempatan mudik dengan menggunakan moda transportasi pesawat berkat sumbangan tiket perjalanan.
Jalan Tol Trans Sumatera