Detak demi detak berjalan teratur,
menyusuri lorong waktu yang sepi,
mata tak berani terpejam.
Meski kelopaknya terus memberontak turun,
jari jemari terus menghentak huruf demi huruf.
Berat, berat sekali.
Meski gelas demi gelas kembali kosong,
tapi tak mampu berbuat apa-apa.
Terus... teruslah menghentak dengan cepat,
jangan biarkan kelopak itu jatuh,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!