Lelaki paruh baya itu hanya tersenyum, lalu melangkah pergi. Kebaikan hatinya meninggalkan jejak yang sulit hilang dalam hati pengemis tua itu.
Hari itu, pengemis tua itu tidak hanya mendapat kehangatan fisik karena selimut yang hangat, tetapi juga mendapat kehangatan jiwa oleh kemurahan hati lelaki itu. Pengemis tua itu melihat ke langit. Entah dia mengucapkan apa. Kekungkinan besar adalah ucapan syukur kepada-Nya. Atau, siapakah pengemis itu? Ah, entahlah ....
Dalam hidup, kesederhanaan hati menjadi tiang kebahagiaan. Belajar bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada kesediaan menerima, tapi terletak pada kemampuan untuk memberi dalam segala kekurangan dan kelebihan.
Memberi dalam kelebihan bukan hal yang istimewa dan spektakuler. Tetapi, memberi dalam kekurangan, bukan hal yang mudah. Â
Dengan setiap tindakan kebaikan yang dilakukan, orang yang menerima bantuan akan merasakan kehangatan dan kebahagiaan yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Dari situ dapat dipahami bahwa kemurahan hati adalah sumber kebahagiaan yang sejati, tidak hanya bagi penerima, tetapi juga bagi si pemberi.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H