Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Freedom Writers: Kisah Guru Hebat

7 Januari 2024   17:28 Diperbarui: 7 Januari 2024   17:30 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.mygetplus.id

Sudah lama saya melihat film ini. Judulnya adalah Freedom Writers. Film ini bergenre edukasi dan diproduksi tahun 2007.  Jika Anda seorang pendidik dan belum pernah menontonnya,  film ini bisa menjadi rekomendasi yang menarik untuk ditonton. 

Tatkala dosen saya menugaskan untuk mencari dan menonton film ini, sejenak saya terdiam, mencoba menebak apa yang diinginkan dosen saya tersebut. Tidak mudah menemukan film ini dalam durasi yang panjang. Kebanyakan yang tersedia di media-media hanya berupa cuplikan dengan durasi waktu yang singkat. 

Beruntung, sang dosen berkenan untuk berbagi. Kami diberi kesempatan untuk mendownload dari piringan DVD milik beliau. Ah, saya merasa penasaran untuk melihat kisahnya.

Film ini berkisah tentang perjuangan seorang guru baru  di sebuah sekolah menengah di New Port Beach, Amerika Serikat. Oleh pihka sekolah, guru tersebut ditempatkan di sebuah kelas dimana para siswanya merupakan remaja-remaja korban konflik antar kelompok rasial di kota tersebut. 

Latar belakang para siswa tersebut berbeda-beda. Ada yang berasal dari ras Amerika Latin, Afrika, Eropa, dan Asia. Konflik rasial antar kelompok tersebut terbawa ke ruang kelas hanya karena hal-hal yang sepele. Para siswa hanya mau duduk  di kelas bersama temannya yang berasal dari ras yang sama dengannya. Mereka enggan duduk bersama siswa dari ras yang berbeda dengan mereka.

Tanpa bermaksud mengabaikan situasi lingkungan yang menjadi latar film ini, sang guru tampaknya berkeinginan untuk "menaklukkan" para siswanya. Ia meminta masing-masing  siswanya untuk membuat jurnal kegiatan harian tentang apa saja yang mereka alami dan rasakan setiap hari. 

Melalui catatan harian para siswa tersebut, sang guru mengetahui problematika hidup para siswanya. Konflik di rumah dan persoalan lingkungan sosial yang dialami para siswa mempengaruhi cara dan minat belajar mereka. 

Sang guru berusaha membuat pendekatan secara personal untuk membangun relasi dengan siswanya. Kedekatan itu menjadai sarana bagi sang guru untuk membantu para siswa mengatasi persoalan yang mereka hadapi. 

Sumber: www.mygetplus.id
Sumber: www.mygetplus.id

Di kelas, sang guru membuat metode pengajaran yang unik. Bentuk permainan dan melibatkan para siswa perlahan-lahan membuat para siswa merasa nyaman di kelas. Pelan tapi pasti alur cerita membawa situasi dimana sang guru berhasil mendapatkan perhatian dari para siswanya. Kedekatan siswa secara personal dengan sang guru mendorong para siswa mau hadir di sekolah. Semula, sebagian siswa merasa berat hati untuk datang ke sekolah.

Baca juga: PSG: Olahraga atau Pendidikan

Sang guru sempat mendapatkan tantangan dari komite sekolah yang membuatnya harus dipecat dari sekolah. Namun, berkat motivasi yang kuat dari sang guru, para siswa mau dan mampu berjuang untuk menyelesaikan pendidikannya. Motivasi yang diberikan sang guru kepada para muridnya itu adalah tentang tujuan di masa depan yang harus mereka raih. Tujuan itu akan mematahkan pandangan keluarga mereka bahwa pendidikan tinggi adalah hal yang mustahil dalam keluarganya. 

Motivasi sang guru mengubah hidup mereka.  Alur film membawa cerita pada keberhasilan para siswa dan membanggakan keluarganya. Para siswa tersebut menjadi orang pertama di keluarga mereka yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Hal yang menarik dalam film ini adalah metode pengajaran yang diterapkan guru kepada siswa. Guru baru itu berhasil "menguasai" kelasnya setelah melalui proses adaptasi dan pendekatan. Kesabarannya menghadapi tingkah laku siswa yang kasar, tidak peduli dan tanpa semangat belajar tidak sia-sia. Tentu saja bukan hal yang mudah melakukannya dalam situasi seperti yang dihadapi guru tersebut.

Keberhasilan pertama guru baru tersebut adalah merebut hati para siswa. Ia memanfaatkan buku catatan harian yang diisi oleh para siswa setiap hari untuk menemukan "kebutuhan" para siswa. Buku harian itu berisi berbagai hal tentang keinginan, perasaan dan pengalaman para siswa setiap hari. Ia pun mengetahui akar masalah yang membuat para siswanya terpengaruh pada konflik di lingkungannya.

Guru baru itu mendapatkan ruang untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikan bagi para siswa. Ia juga menekankan bahwa hidup bersama dapat terjadi meskipun mereka berasal dari ras yang berbeda-beda. Semua orang berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Ia tidak menginginkan para siswa tersebut ikut terlibat dalam konflik antar ras. Guru itu menginginkan agar para siswanya menyadari bahwa pendidikan akan membuat kehidupan mereka lebih baik.

Hal lain yang menumbuhkan semangat para siswa tersebut adalah dukungan motivasi langsung dari tokoh yang selamat dari tindakan holocaust Nazi di masa lalu. Kisah tokoh tersebut telah membuka cakrawala pemikiran mereka dan menginspirasi para siswa untuk keluar dari persoalan sosial yang menghimpit mereka. 

Akhirnya, mereka menyatukan semua kisah dan pengalaman mereka dalam buku catatan harian itu menjadi sebuah buku dengan judul: The Freedom Writers Diary.

 Kita pernah mendengar ungkapan bahwa kebodohan adalah akar dari kemiskinan. Film ini menggambarkan dengan jelas tentang ungkapan itu. Situasi konflik  rasial yang berkepanjangan telah menghasilkan banyak kesia-siaan pada diri sendiri, keluarga, harta benda, masa depan, bahkan nyawa melayang dengan sia-sia.

Semua orang tentu sepakat bahwa pendidikan penting bagi hidup manusia. Melalui pendidikan, seseorang membuka cakrawala pengetahuan bagi hidupnya. Film ini menjadi menarik karena membawa pesan tersebut. Pesan moral bagi semua orang yang berkehendak baik untuk mengubah hidupnya melalui pendidikan.

Bagi saya, film ini tidak mengarahkan orang untuk menjadi seorang pahlawan "dadakan". Persoalan remaja yang ditampilkan dalam film ini tidak berbeda jauh dengan tingkah laku remaja yang kerap melanggar aturan untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Selain itu, film ini juga menampilkan upaya remaja mencari jati dirinya. Kisah ini lebih menyerupai gambaran kepedulian seseorang terhadap pendidikan bagi anak-anak yang mungkin dianggap sebagai orang tak berguna. Namun, sang guru mampu mengubah anak-anak itu menjadi orang yang lebih baik.

Bagi Anda para pendidik yang belum menonton film ini, silahkan meluangkan waktu untuk melihatnya. Semoga Anda dapat menemukan banyak hal positif dalam film ini.

Salam Literasi.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun