Sudah lama saya melihat film ini. Judulnya adalah Freedom Writers. Film ini bergenre edukasi dan diproduksi tahun 2007.  Jika Anda seorang pendidik dan belum pernah menontonnya,  film ini bisa menjadi rekomendasi yang menarik untuk ditonton.Â
Tatkala dosen saya menugaskan untuk mencari dan menonton film ini, sejenak saya terdiam, mencoba menebak apa yang diinginkan dosen saya tersebut. Tidak mudah menemukan film ini dalam durasi yang panjang. Kebanyakan yang tersedia di media-media hanya berupa cuplikan dengan durasi waktu yang singkat.Â
Beruntung, sang dosen berkenan untuk berbagi. Kami diberi kesempatan untuk mendownload dari piringan DVD milik beliau. Ah, saya merasa penasaran untuk melihat kisahnya.
Film ini berkisah tentang perjuangan seorang guru baru  di sebuah sekolah menengah di New Port Beach, Amerika Serikat. Oleh pihka sekolah, guru tersebut ditempatkan di sebuah kelas dimana para siswanya merupakan remaja-remaja korban konflik antar kelompok rasial di kota tersebut.Â
Latar belakang para siswa tersebut berbeda-beda. Ada yang berasal dari ras Amerika Latin, Afrika, Eropa, dan Asia. Konflik rasial antar kelompok tersebut terbawa ke ruang kelas hanya karena hal-hal yang sepele. Para siswa hanya mau duduk  di kelas bersama temannya yang berasal dari ras yang sama dengannya. Mereka enggan duduk bersama siswa dari ras yang berbeda dengan mereka.
Tanpa bermaksud mengabaikan situasi lingkungan yang menjadi latar film ini, sang guru tampaknya berkeinginan untuk "menaklukkan" para siswanya. Ia meminta masing-masing  siswanya untuk membuat jurnal kegiatan harian tentang apa saja yang mereka alami dan rasakan setiap hari.Â
Melalui catatan harian para siswa tersebut, sang guru mengetahui problematika hidup para siswanya. Konflik di rumah dan persoalan lingkungan sosial yang dialami para siswa mempengaruhi cara dan minat belajar mereka.Â
Sang guru berusaha membuat pendekatan secara personal untuk membangun relasi dengan siswanya. Kedekatan itu menjadai sarana bagi sang guru untuk membantu para siswa mengatasi persoalan yang mereka hadapi.Â
Di kelas, sang guru membuat metode pengajaran yang unik. Bentuk permainan dan melibatkan para siswa perlahan-lahan membuat para siswa merasa nyaman di kelas. Pelan tapi pasti alur cerita membawa situasi dimana sang guru berhasil mendapatkan perhatian dari para siswanya. Kedekatan siswa secara personal dengan sang guru mendorong para siswa mau hadir di sekolah. Semula, sebagian siswa merasa berat hati untuk datang ke sekolah.