Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memberi Dalam Kekurangan

31 Desember 2023   14:28 Diperbarui: 31 Desember 2023   14:36 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Pengalaman

Suatu siang, dalam perjalanan pulang dari tempat kerja menuju rumah, saya mampir sejenak di tepi jalan. Cuaca panas nan terik membuat mata semakin berat dan mengantuk. Demi keselamatan, saya memesan secangkir kopi hitam sekedar untuk menahan kantuk.

Si penjual kopi menyeduh kopi bungkusan ke dalam wadah, lalu menyeduh air panas dengan takaran yang cukup dan mengaduknya. Tak lama, seorang pengemudi sepeda motor online berhenti dan meminta dibuatkan kopi.

Sambil memperhatikan tindakan si penjual kopi, saya mencoba untuk menebak penghasilannya. Sejujurnya, saya merasa iba kepadanya. Saya pun tergelitik untuk mengetahuinya dengan bertanya mengenai kondisi dagangannya siang itu. Ia mengatakan, setengah hari itu, ia baru menyeduh sekitar sepuluh bungkus kopi. Itu berarti ia baru mencapai omzet tiga puluh ribu rupiah.

Yah, dengan omzet seperti itu, tentu saja keuntungan yang diperolehnya tidak sebanyak yang dibayangkan orang. Jika penjualannya berlangsung sehari, maka dapat dibayangkan hasil yang akan dibawanya pulang untuk keluarganya.

Namun, ada hal menarik yang saya lihat siang itu. Seorang pengemis menghampiri kami sambil menadahkan tangannya. Saya merogoh saku, mengambil selembar uang lima ribu dan memberikan kepada pengemis itu.

Hal yang tak saya duga, si penjual kopi memberikan sebungkus nasi yang tergantung di sepedanya dan selembar uang sepuluh ribu kepada si pengemis itu. Sejenak saya tertegun melihatnya dan diam seribu bahasa. Saya merasa kagum atas tindakan si penjual kopi itu. Rasa kagum itu berubah menjadi rasa hormat terlebih setelah ia menuturkan bahwa nasi bungkus itu adalah nasi yang dibawanya dari rumah ketika mengisi termos, wadah air panasnya. 

Derma Si Janda Miskin

Saya teringat akan sebuah kisah mengenai seorang janda miskin di sebuah tempat ibadah. Ia hanya memiliki dua keping uang. Hari itu ia bermaksud mendermakan uang miliknya tersebut ke rumah ibadat.

Tidak jauh dari tempatnya, seorang kaya mendermakan sekantung uangnya dihadapan banyak orang. Mereka berdecak kagum atas kedermawanan orang kaya tersebut. Mereka menundukkan kepala sebagai tanda hormat kepadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun