Sebuah Pengalaman Kecil
Menjelang pergantian tahun, eforia perayaan menggema di mana-mana. Bahkan jauh-jauh hari, Sebagian orang sudah mempersiapkan diri dengan berbagai rencana. Ada yang akan bepergian, berwisata, berkumpul bersama teman dan keluarga, dan lain-lain. Semua orang mempunyai caranya sendiri untuk mengabadikan pergantian tahun.
Ketika saya masih kecil, keluarga saya memiliki kebiasaan berkumpul Bersama menjelang pergantian tahun tanggal 31 Desember. Biasanya, durasi dua jam dipersiapkan untuk acara bersama dalam keluarga inti. Cukup lama. Waktu dua jam diisi dengan menceritakan pengalaman spesial pribadi bersama keluarga. Kemudian, masing-masing kami menyampaikan harapan-harapan dan janji sebagai rencana baik di tahun mendatang. Cerita pun diakhiri dengan ungkapan permohonan maaf secara pribadi kepada setiap anggota keluarga inti lainnya. Biasanya, anak yang paling muda mendapat giliran pertama.
Momen menarik ini tidak jarang diiringi isak tangis haru dan sedih setiap anggota keluarga mendapat gilirannya. Hingga akhirnya, kedua orang tua kami mendapat giliran terakhir. Acara ini kemudian ditutup dengan acara makan bersama. Kemudian, kami anak-anak akan bergembira Bersama teman-teman yang sudah menunggu sejak sore untuk bermain kembang api dan menyalakan lilin.
Momen kegembiraan ini, menjadi ritual rutin yang biasa kami lakukan. Mungkin saja, keluarga-keluarga lain juga melakukannya. Kedua orang tua kami, tentu dapat saja meniru tradisi baik yang dilakukan oleh keluarga-keluarga lainnya.
Esensi Perayaan Tahun Baru
Bagi sebagian orang, momen pergantian tahun adalah saat untuk melihat sejenak perjalanan hidup ke belakang. Ibaratnya, seperti orang yang sedang berkendara, lalu menoleh ke kaca spion sejenak untuk melihat ke belakang. Saya menyebutnya sebagai sebuah refleksi seperti yang diajarkan kedua orang tua saya. Tentu, bagi saya, refleksi pada momen ini berbeda dengan refleksi lain yang pernah dilakukan.
Refleksi menjelang tahun baru menjadi penting, untuk mengevaluasi perjalanan setahun. Tentu ada kebaikan yang sudah dilakukan. Tetapi, tidak tertutup kemungkinan, ada saja kekurangan yang secara sengaja atau tidak sengaja yang dilakukan. Membuat refleksi bersama keluarga dapat membantu untuk membuat evaluasi dan penilaian pada diri sendiri, kemudian mendengarkan saran dan masukan dari orang lain misalnya keluarga dan teman-teman. Ini adalah saat yang tepat untuk berhenti sejenak, “menarik nafas”, mengumpulkan tenaga, menyusun strategi dan perbaikan rencana untuk fase berikutnya.
Kegembiraan memang tidak boleh dilewatkan di momen seperti ini. Namun, kegembiraan bukanlah sekedar eforia sesaat yang berakhir ketika semarak cahaya kembang api, riuh terompet berbunyi, dan hitungan mundur menuju tahun baru berakhir.
Bagi saya, kegembiraan itu perlu dinikmati. Hal itu baru dapat saya nikmati ketika ada kepuasan dan pandangan yang terbuka untuk menatap ke depan dengan hati yang tetap dan niat yang kuat. Itulah hasil dari sebuah refleksi. Semoga di tahun baru mendatang, segala rencana dapat terlaksana baik dan memberi hasil maksimal dengan Upaya dan kerja keras serta doa penyerahan kepada Allah yang Mahabesar(ks).***