Antrean kendaraan di Pelabuhan Merak adalah salah satu isi berita berbagai media sejak beberapa waktu belakangan. Demikian pula pemeriksaan terhadap John Kei yang dituduh membunuh Tan Harry Tantono alias Ayung.  Sesekali muncul pula berita soal rencana pembangunan jembatan Selat Sunda.
Bagi sebagian orang, sama sekali tidak ada kaitan antara materi-materi berita itu. Bagi sebagian lagi, ada kaitan satu sama lain. Saya termasuk yang tergoda mengaitkan materi-materi itu.
Antrean kendaraan itu adalah salah satu alasan yang dipakai untuk membangun Jembatan Selat Sunda. Para pengusul ide pembangunan mengatakan, soal antrean akan selesai kalau jembatan melintang di selat penghubung Sumatera dan Jawa itu.
Berapa biayanya? Ada berbagai versi. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pernah melontarkan prakiraan Rp 225 triliun. Sementara pengusaha Tommy Winata pernah melontarkan Rp 100 triliun. Tahu-tahu, Ayung muncul dengan tawaran paling rendah. Bos PT Sanex Steel Indonesia itu menawarkan Rp 50 triliun saja.
Ayung mengandalkan pabrik besinya dan dukungan dana dari konsorsium di RRC. Sebelum ditemukan tewas di Jakarta, taipan itu sering bolak-balik ke RRC. Ia melobi pihak-pihak yang mau mendukung pendanaan proyek itu.
Dengan tawaran serendah itu, akan sulit bagi konsorsium lain mengalahkan Ayung.
Tawaran Ayung juga menghasilkan pertanyaan lain. Walau punya pabrik sendiri, tidak mungkin Ayung begitu saja mengambil besi untuk jembatan tanpa harus membayar. Bagaimanapun, Ayung pebisnis yang memikirkan keuntungan.
Pertanyaannya, mengapa Ayung bisa mengajukan tawaran jauh lebih rendah dibandingkan lontaran Tommy Winata dan taksiran Bappenas?
Sekarang, sulit menemukan jawaban pertanyaan itu. Ayung terlanjur tewas dan John Kei dituduh polisi menjadi pembunuhnya.
Mengapa John Kei membunuh Ayung? Benarkah karena soal penagihan uang jasa? Perebutan saham? Atau ada kaitanya dengan tawaran Ayung dalam JSS?
Hal lain, Tommy Winata juga pernah melobi sejumlah pihak di RRC untuk mendukung pendanaan proyek. Â Namun, terakhir tersiar Amerika Serikat mendukung Tommy membangun jembatan itu. Setelah sebelumnya diumumkan pula konsorsium pimpinan Tommy didukung Jepang dan Korea Selatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H