Mohon tunggu...
Eko Kristie
Eko Kristie Mohon Tunggu... Guru - Payung itu melindungi diri. Payung itu norma, tradisi, agama, dan segala sesuatu yang menjadikan hidup semakin nyaman.

Pada mulanya adalah kata-kata. Itulah awal Tuhan Allah mengenalkan dunia. Ayo, saling mengenal untuk memuliakan karya agung-Nya!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Romantis 44

20 November 2014   06:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:20 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

AIR MATA AIR

Aku sudah lama mengenalmu, bahkan aku hafal ada berapa tahi lalat di punggung kirimu, bahkan pantatmu. Saban kuingatkan tentang hal itu, kau pasti tertawa renyah. Beranggapan bahwa itu sesuatu yang sepele, remeh, jadi bukan masalah.

”Dua puluh satu tahun,” aku menandaskan.

”Ya, ya. Buat apa ngitung waktu? Tidak akan menjadikan kita kembali muda. Orang-orang atau tetangga sudah mengenal kita.” Jawabmu ringan, terbuka, tapi tetap saja bikin aku merasa sia-sia.

”Kenapa kau tidak pernah menangis?”

”Boros.”

”Apa?”

”Boros.”

”Boros?! Maksudmu ….”

”Kita sudah terlalu banyak mengeluarkan air. Saat kencing. Ketika lari-lari. Juga sewaktu meludah sembarangan. Lebih-lebih ketika tubuh kita tergores dan luka.”

”Luka?”

”Darah juga cairan, kan? Berarti bahan dasarnya air juga.”

”Baik. Kau tak pernah kecewa atau sedih?”

”Kau harusnya lebih tahu, kita telah bersama berpuluh tahun.”

”Tapi, perempuan harus menangis.”

”Kau ingin melihatku menangis?”

Aku mengangguk, meskipun tidak sepenuhnya menginginkannya.

”Ok, ok. Aku akan menangis.”

Dia pun menangis. Air mata mula-mula menetes saja, bergulirringan, selanjutnya mengalir. Alirnya kian menderas. Aku tidak mampu membendungnya. Kedua celah di pelupuknya telah menjadi sumber air. Dari kedua celah pelupukku pun mulai ada zat yang mengalir.

Kami tidak tahu mau berbuat apa. Kami menikmatinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun