Mohon tunggu...
Eko Kristie
Eko Kristie Mohon Tunggu... Guru - Payung itu melindungi diri. Payung itu norma, tradisi, agama, dan segala sesuatu yang menjadikan hidup semakin nyaman.

Pada mulanya adalah kata-kata. Itulah awal Tuhan Allah mengenalkan dunia. Ayo, saling mengenal untuk memuliakan karya agung-Nya!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Romantis 38

14 November 2014   05:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:51 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

CINTA

Dia masih menyusuri pekarangan rumahnya. Berjalan bolak-balik ke tempat-tempat atau sudut-sudut yang sama. Berulang-ulang berdiri di pojok tertentu, berdiam di tempat tertentu, lalu kembali mengamati sekitar pekarangan.

Kini dia berpindah ke teras rumah. Mengendus-ngendus pot-pot bunga yang sebagian bergelantungan. Membelai tanaman bonzai yang berjajar rapi dengan berbagai jenis pohon. Juga menyemprot-nyemprotnya dengan botol khusus ke arah bunga atau pokok tanaman.

”Kapan ya, aku terakhir melihatnya?” tanya kepada dirinya.

”Aku sih, tidak telaten menjagainya.” Dia tegur dirinya.

Lalu dia masuk ke dalam rumah. Berkeliling ruangan. Mengamati kalender. Memandangi lukisan. Menyentuh-nyentuh patung. Memeriksa mesin penjawab telepon. Kemudian duduk di sofa, menggerak-gerakkan tubuhnya. Memencet remote control televisi. Meraup kacang bawang dari stoples. Mematikan televisi.

”Di mana aku meletakkannya?” dia bergumam.

”Atau ada yang memindahkannya?” dia menyangka.

”Atau ada yang menyembunyikannya?” dia mencuriga.

Tiba-tiba seorang wanita keluar dari sebuah kamar.

”Mencari apa, sih?” tanyanya.

”Cinta.”

”Oh. Dahulu kutaruh di situ. Seingatku.

”Ok. Aku coba mencarinya lagi.”

”Buat apa, sih?”

”Tidak tahu. Barangkali aku saja yang takut hidup sendiri.”

Kemudian lelaki itu pun dengan sigap segera mengendusnya. Meskipun dirinya tahu, itu pasti telah mengering sebab tidak pernah disirami, apalagi dipupuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun