Dahulu kita pernah menyoal tentang anak-anak yang diajak dalam kampanye menjelang pemilu. Pernyataan, tanggapan, opini hingga diskusi pun bermunculan sebagai upaya keprihatinan terhadap kenyataan yang tragis itu.
Sampeyan yang mengikuti berita, mungkin mendapat viral fotonya di medsos, pasti mengelus dada melihat anak-anak kembali diajak dalam demo 313 beberapa hari yang lalu. Di punggung mereka tertulis ”Kami kebal peluru” – dengan membaca kata-kata yang terlepas saja kita sudah prihatin – kini kata-kata itu tertulis di pakaian putih pada punggung anak-anak. Ampun, ampun, astagfirullah!
Mereka tidak menyadari – atau memang sengaja – telah mengajari anak-anak dengan kebencian terhadap pihak lain. Lihat dengan cermat anak-anak itu, siapa yang mendandani berpakaian ala teroris – pasti orang tua mereka! Manakala anak-anak diindoktrinasi dengan ayat-ayat atau ajaran-ajaran yang berbau agama, mereka akan menggenggamnya erat-erat – tidak takut dengan apa pun dan siapa pun.
Jadi, tidak mengada-ada apabila dalam ceramah di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Pekanabaru, Rabu (5/4/2017) Jenderal gatot Nurmantyo mengawali dengan lagu ”Nusantara I” karya Koes Ploes.
”Dalam lagu itu disebutkan berharap tidak ada yang cemburu, hutan kita luar biasa lebat, lautan luas dan alamnya ramah. Tapi negara lain sudah cemburu, dan ini adalah peringatan bagi anak muda kita agar jangan terlena,” ujar Pak Gatot.
Tokoh nomor satu di TNI ini, juga mengingatkan untuk memahami ancaman, baik nyata maupun laten yang kini sudah menggunakan berbagai cara untuk memecah belah bangsa Indonesia. Pak Gatot mengurai ancaman-ancaman itu, di antaranya: gerakanan radikalisme.
Nah, kini menjadi jelas, apa yang akan terjadi pada negara yang bhineka tunggal ika ini, ketika radikalisme diajarkan melalui anak-anak. Suatu pembodohan sistematis dari orang tua bloon yang tergoda pada kepentingan politik sementara!