Mohon tunggu...
Eko Kristie
Eko Kristie Mohon Tunggu... Guru - Payung itu melindungi diri. Payung itu norma, tradisi, agama, dan segala sesuatu yang menjadikan hidup semakin nyaman.

Pada mulanya adalah kata-kata. Itulah awal Tuhan Allah mengenalkan dunia. Ayo, saling mengenal untuk memuliakan karya agung-Nya!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tantangan Ngetren Itu Bernama: Kebaikan!

4 Desember 2014   22:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:02 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut catatan dalam sms seorang teman satu tahun itu terdiri atas 1 tahun kebahagiaan, 12 bulan kedamaian, 365 hari kegembiraan, 8760 jam kasih sayang, 525600 menit cinta, dan 31536000 detik kepedulian. Suatu kalkulasi rohani yang luar biasa.Anda boleh membikin kalkulasi nilai hidup sendiri, asal sungguh dihayati dalam menjalaninya. Mengikuti tren sangat bergantung pada kesungguhan menghayatinya dalam menjalani hidup – itulah tantangan utama. Apalagi dengan persebaran tren di sekitar hidup, kita pun mudah terseret arus untuk beranjak ke tren yang lain– bahkan, hanya dalam sekejab saja.

Tren ialah kecenderungan dalam bertingkah laku yang digerakkan oleh suatu pandangan atau image tertentu. Kita tidak mungkin berpaling dari kecenderungan yang dilakukan masyarakat, seberapa pun kita mempunyai keyakinan dan keberanian untuk menepis – beberapa celah akan diterobos dengan lembut dan pasti.

Coba simak cuplikan cerita Abunawas ini:

Bapaknya Abu Nawas adalah Penghulu Kerajaan Baghdad bernama Maulana. Pada suatu hari bapaknya Abu Nawas yang sudah tua itu sakit parah dan akhirnya meninggal dunia. Abu Nawas dipanggil ke istana. la diperintah Sultan (Raja) untuk mengubur jenazah bapaknya itu sebagaimana adat Syeikh Maulana. Apa yang dilakukan Abu Nawas hampir tiada bedanya dengan Kadi Maulana baik mengenai tatacara memandikan jenazah hingga mengkafani, menyalati dan mendo'akannya, maka Sultan bermaksud mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi atau penghulu menggantikan kedudukan bapaknya.

Namun... demi mendengar rencana sang Sultan. Tiba-tiba saja Abu Nawas yang cerdas itu tiba-tiba nampak berubah menjadi gila. Usai upacara pemakaman bapaknya. Abu Nawas mengambil sepotong batang pisang dan diperlakukannya seperti kuda, ia menunggangi kuda dari batang pisang itu sambil berlari-lari dari kuburan bapaknya menuju rumahnya. Orang yang melihat menjadi terheran-heran dibuatnya. Raja pun  membatalkan pengangkatannya sebagai Kadi kerajaan.

Sampean berani seperti Abunawas, menolak perintah seorang raja dengan caranya yang cerdas? Begitulah cara menangkal tren dengan bijak. Jadi, terimalah tren dan cobalah berkelit dengan taktis sambil memegang tren pribadi yang telah diyakini. Barangkali benar bahwa peristiwa-peristiwa miring akan menjadikan cermin untuk tidak mengulangnya. Namun, kadang saya pun berharap media mau lebih ”berhati” dengan menyusun kaleidoskop yang nyaman-nyaman, sebab hidup harus diimbangi dengan  menerima kebaikan untuk mendulang kebaikan.

Tahun 2000-an Iwan Fals, pelantun lagu-lagu ballada, gencar untuk mempromosikan penanaman pohon melalui pesantren-pesatren di Indonesia. Namun, substansi aktivitasnya bermuara pada moral untuk berbuat baik. Ternyata – kebaikan yang dipertanyakan, nilai hidup yang diupayakan olehnya.

Mari, becermin pada aktivitasnya, agar tidak sekadar untuk menemukan bintik kekurangan, tapi juga untuk mengagumi kebaikan demi kebaikan. Mari berharap, semoga makin banyak media massa yang bersedia bikin kilas balik yang menggembirakan hati dan menyejukkan suasana, sehingga hidup lebih indah dilakoni.

Saya tergolong orang yang masih percaya pada kebaikan di Indonesia, selain berbagai keburukan – terutama politik – masih banyak orang yang dengan motivasi putih, niat yang luhur, hati yang terbuka pada segala kebhinekaan dan keberagaman. Mereka tidak terganggu dengan acuan, pedoman, dogma, pamali yang menjerumuskan kebaikan (kebersamaan) ke lubang-lubang kepicikan. Bergerak cepat melakukan kebaikan-kebaikan, itulah sebagian cara menjaga hidup yang harmoni.

Bergeraklah mengikuti tren dan secepatnya berhenti untuk menciptakan sendiri!

___________________________________

Drs. G. Eko Kriswanto

SMP Pangudi Luhur Bintang Laut

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun