Mohon tunggu...
Kris da Somerpes
Kris da Somerpes Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

pendiri dan pengampu media sastra online: www.floressastra.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Jurnalisme 'Mirip Seperti'

22 November 2010   12:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:23 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1290436271964294246

[caption id="attachment_76605" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Pada April 2010, media massa memberitakan bahwa telah beredar adegan mesum antara dua anak manusia yang 'mirip seperti' Ariel Peterpan dan Luna Maya. Dan akhirnya, ternyata berita 'mirip seperti' itu benar, setelah diinvestigasi secara mendalam oleh kepolisian ditambah pengakuan pribadi Ariel dan Luna Maya. Demikian juga dengan adegan mesum yang 'mirip seperti' Ariel dan Cut Tari. Pada November 2010 kita kembali diinformasikan oleh media massa bahwa ada orang yang 'mirip seperti' Gayus Halomoan Tambunan sedang menonton turnamen tenis Commonwealth Bank Tournament of Champions 2010 di Nusa Dua, Bali. Agus Susanto, fotografer harian Kompas, adalah orang pertama yang mengabadikan orang yang 'mirip seperti' Gayus. Belakangan, public baru mengetahui jika orang yang 'mirip seperti' Gayus itu adalah ternyata Gayus sungguhan. Prosesnya sama, setelah melewati investigasi yang mendalam oleh kepolisian dan juga pengakuan pribadi Gayus, bahwa orang yang sedang menonton tenis ketika itu adalah dirinya. Pada mulanya adalah 'mirip seperti'. Bagi penulis 'mirip seperti' bukan hanya sekedar frasa yang secara redaksional dipakai media jurnalistik sebagai sekedar melaporkan fakta yang belum tentu benar. Dalam batas ini, jurnalistik telah melakukan apa yang mesti dilakukannya. Yaitu mengabadikan dan memberitakan fakta. Selanjutnya public yang menilainya sebagai benar atau salah. Dalam dua contoh kasus di atas 'mirip seperti' telah menjadi rekomendasi penting bagi pihak-pihak terkait, yakni kepolisian untuk melakukan investigasi secara mendalam. Dan public akan memantau, melihat dengan jelas serta menyaksikan serupa apa akhir dari 'mirip seperti'. Apakah hanya mirip atau memang ternyata benar. Jurnalisme 'mirip seperti' pantas dan perlu untuk dikembangkan di tanah air. Di tengah awasnya media massa terhadap berbagai serangan pengehentian dan pelarangan berita, sindrom tuduh menuduh, curiga mencurigai, koruptif, pihak memihak dan berbagai kepentingan lainnya, media massa harus pula mencari model jurnalisme baru sebagai alternative 'penyelamatan diri'. Bagi penulis, pemberitaan dan informasi 'mirip seperti' yang dilakukan oleh media massa bisa menjadi salah satu alternatif yang layak untuk dikembangkan. Di satu sisi, melalui pemberitaan serupa itu, media massa akan tentap nyaman dan aman dan bahkan independen dan terpercaya. Namun di sisi yang lain, masyarakat atau public pun diikutsertakan dalam menguji kebenarannya. Walaupun tidak semua fakta yang dilaporkan dan atau diberitakan adalah 'mirip seperti' itu juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun