Menulis adalah kegiatan yang tidak akan pernah sudah. Semakin aku menulis tentang sesuatu, semakin aku menemukan bahwa aku belum pernah menulis tentang apa pun. Aku menyadari itu sungguh, ketika harus terlibat dan melibatkan diri dalam proses kegiatan yang disebut menulis. Persis ketika aku mengatakan bahwa aku sudah selesai menulis tentang sesuatu, pada ketika itu pula lahir tanya-tanya yang memembebaniku untuk menjawab bahwa apa yang sudah ditulis sesungguhnya belum tuntas. Selalu seperti itu.
Kesimpulanku adalah satu bahwa menulis adalah proses kegiatan yang tidak pernah sudah. Hal ini disebabkan karena bagiku menulis tidak sekedar merangkai kata, memasang-cocokkan kata-kata ke dalam kalimat, menyambung-satukan jadi paragraph selanjutnya membentuk sebaris prosa atau esay, atau cerpen atau opini. Dan atau jenis tulisan yang lain. Menulis bagi adalah proses pelampauan atas kata sebagai sekedar kata, tetapi kata sebagai makna.
Tentang kata sebagai makna, siapa pun penulis dan lebih-lebih pembaca tidak akan pernah mengerti dan memahaminya sebagai sesuatu yang final. Menulis dengan demikian adalah proses menyajikan gagasan-gagasan yang tidak harus dipaksakan untuk dipahami, menaburkan kata-kata yang tidak harus dipaksakan untuk ditafsirkan seperti yang dikehendaki, menrangkai-sandingkan kalimat dan paragraph yang tidak harus diurai seperti yang terangkai.
Menulis adalah memberikan apa yang tidak aku punyai supaya kita dapat mengetahuinya bersama menurut dan berdasarkan pemahaman kita masing-masing. Dengan demikian jangan pernah membayangkan jika aku menuliskan tentang sesuatu berarti aku mengetahui tentang sesuatu. Karena sesungguhnya menulis adalah proses atau kegiatan untuk menemukan sesuatu yang memungkinkan untuk aku dan kita ketahui.
Sebagai misal, ketika aku menuliskan tentang ‘aku belajar menulis’ sebagai kata dalam peristiwa aku tahu bahwa aku dan juga orang lain mengetahui itu sebagai fakta bahwa menulis adalah sebuah proses belajar. Namun sebagai sebuah pencarian dan pemberian makna atas proses belajar agar aku bisa menulis sudah sejak ‘aku belajar menulis’ adalah proses menyibak ketidaktahuan untuk kita ketahui bersama.
Lantaran itu, menulis baik sebagai sebuah proses maupun sebagai sebuah pencarian atas makna sesungguhnya adalah proses yang tidak pernah tuntas. Akan selalu ada kebutuhan atas makna yang harus disampaikan dalam kata. Akan selalu ada gagasan yang harus dipendarkan dalam kalimat. Dan akan selalu ada perubahan yang digulingkan dalam setiap gulungan paragraph atau alinea. Sampai termasuk akan selalu ada pencarian lagi dan lagi pada setiap tulisan dibentangkan.
Jika memahami kegiatan menulis dalam arti kata-kata ini, sudah barang tentu menulis bukan harus menunggu waktu. Menulis adalah kegiatan yang selalu muncul kapan saja dan di mana saja, termasuk ketika aku sakit atau sembuh, senang atau susah, bahagia atau duka, pada kamar-kamar atau lapangan-lapangan, pada laut maupun gunung, pada ketika sendiri maupun bersama-sama. Termasuk sekalipun pada ketika aku tidak tahu harus menulis tentang apa. Ketidaktahuan tentang apa-apa itu adalah sumber inspirasi menarik yang mungkin saja bisa melahirkan pengetahuan yang harus diketahui oleh orang-orang yang ingin tahu.
Contoh tulisan yang terinspirasi dari tidak tahu apa dan bagaimana sesuatu mesti ditulis-bagikan adalah tulisan yang sudah sedang anda baca ini. Aku tahu bahwa aku tidak tahu menulis, dan tentang itu aku harus belajar menulis. Tetapi sebagai sebuah makna bahwa menulis seperti ini bermakna atau tidak bermakna dalam banyak hal, sungguh, aku tidak tahu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H