Mohon tunggu...
Kris da Somerpes
Kris da Somerpes Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

pendiri dan pengampu media sastra online: www.floressastra.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bebaskan Julian Assange, Buru dan Maafkan Bin Laden

9 Desember 2010   14:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:52 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Amerika Serikat adalah salah satu Negara yang paling cemas dengan kehadiran Julian Assange. Mereka menyebutnya sebagai ‘Teroris jenis baru’. Disebut teroris lantaran Assange bekerja serupa spionase, dan apa yang dilakukannya tidak hanya membuat Amerika dan dunia menjadi awas, tetapi juga telah mengancam dan mengganggu ‘ketertiban dan perdamaian’ dunia. Assange pun diburu, sehingga untuk sementara waktu, ‘teroris jenis lama’ Osama Bin Laden bisa tenang di persembunyiannya yang entah di mana rimba. Namun, pada Selasa 7 Desember 2010, Assange, sang ‘Teroris jenis baru’ itu ditangkap dan ditahan kepolisian Inggris. Sumber lain, kuasa hukumnya, Mark Stephens, menyebutkan Assange menyerahkan diri.

Beredar kabar, Assange ditahan lantaran dituduh telah melakukan pemerkosaan terhadap dua orang perempuan Swedia. Lantaran itu, pemerintahan Swedia meminta agar Assange diekstradisi agar selanjutnya dapat diadili dan diproses berdasarkan hukum dan undang-undang yang berlaku. Namun, Assange bukan orang bodoh, dan dunia pun tahu, jika tuduhan itu sengaja dipelintir untuk memojokkan Assange. Dalam suatu kesempatan saat ditanya dalam dialog online di The Guardian Assange mengatakan "Kami sudah mengambil langkah-langkah preventif untuk mengantisipasi jika harus berhadapan dengan kekuatan super". Karena menurutnya, perintah penangkapan tersebut dianggap sebagai kelanjutan dari ancaman yang ditujukan kepadanya. Sebab seperti diketahui, intensitas ancaman memang terus meningkat setelah Julian Assange menerbitkan 250.000 lebih kabel diplomatik rahasia di WikiLeaks-nya.

Pertanyaannya, haruskah Assange ditahan atas tuduhan yang seharusnya tidak perlu dituduhkan alias palsu? Di manakah Osama Bin Laden, yang seharusnya menjadi target utama perburuan, pun karena dituduh telah merusak dan menghancurkan perdamaian dunia? Siapakah teroris yang sesungguhnya, Assange? Bin Laden? Atau jangan-jangan para pemburu?

Jika saya hendak berpesan dan angkat bicara, kepada Negara-negara yang cemas karena kehadiran Julian Assange dengan WikiLeaks-nya, seharusnya bebaskan Assange, kemudian benahi dan perbaiki diri sendiri (negara masing-masing) dari segala kebusukan dan ketidakbecusan, serentak itu pula siapkan amunisi untuk memburu teroris yang sesungguhnya: Osama Bin Laden. Titik. Sebab, bagi saya, menangkap, menahan selanjutnya (apabila) membunuh Assange bukanlah sesuatu yang penting dan mendesak. Justru sebaliknya, akan membuat situasi kian mencekam, lantaran akan lahir lebih banyak Assange-Assange baru dengan WikiLeaks-nya masing-masing.

Sejatinya, melahirkan kebenaran itu sakit. Dia tidak hanya diburu, ditangkap dan ditahan, tetapi (mungkin juga akan) dibunuh dan dikuburkan. Julian Assange sudah melakukan itu, dan mungkin saja, suatu ketika, di entah, dia akan dibunuh. Tentang Assange, dia tidak hanya berjalan pada jalur yang tepat, tetapi secara tepat pula mengungkapkan tentang kebenaran-kebenaran. Merekam kepalsuan-kepalsuan, menuliskan ketidakbecusan selanjutnya mempublikasikannya untuk diketahui public bahwa sesungguhnya ketidakbenaran harus disudahi.

Saya adalah seorang dari sekian banyak orang yang bersimpati kepada Julian Assange. Mengangumi keberaniannya dan menjunjung tinggi kebenaran sebagaimana yang diperjuangkannya. Ada dua alasan utama mengapa, saya menanggapi kehadiran Julian Assange dengan antusias. Pertama, karena alasan teknis-jurnalistik. Wikileaks menulis dalam situsnya demikian “Kami memperoleh prinsip-prinsip dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Secara khusus, Pasal 19 mengilhami karya wartawan kami dan relawan lainnya. Hal ini menyatakan bahwa setiap orang memiliki hak untuk kebebasan berpendapat dan berekspresi; hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan tanpa batasan. Kami setuju, dan kami berusaha untuk menjunjung tinggi ini dan Pasal-pasal lain dari Deklarasi”.

Kedua, karena alasan moral dan etika, bahwa sudah saatnya di tengah kepalsuan hidup kebenaran harus dikemukakan dengan jujur. Sudah saatnya dunia menyudahi mencari kambing hitam dan pembuat ulah atas semua kehancuran perdaban. Sudah saatnya dunia mengoreksi dan mengintrospeksi diri, untuk masing-masing diri, di masing-masing tempat dan Negara. Pertobatan universal adalah makna yang harus dipetik dari Julian Assange dan WikiLeaks-nya. Bukan sebaliknya menutupinya dengan tuduhan-tuduhan palsu.


Bebaskan Julian Assange, sebab sesungguhnya dia bukan seorang teroris, dia hanya seorang jurnalis yang berani dan sadar benar akan perannya. Jika hendak memburu teroris, burulah Osama Bin Laden dan antek-anteknya, tetapi, lagi-algi pesan saya, bukan untuk kemudian membunuhnya, sebagaimana dia telah membunuh ribuan orang. Tangkap dan tahanlah Bin Laden, kemudian berilah dia pemaafan yang tulus. Hanya dengan cara itu kebencian dan dendam tidak akan pernah tumbuh kembali, sebaliknya perdamaian dan keutuhan ciptaan dapat tercipta sebagaimana yang diidamkan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun