Mohon tunggu...
Lyfe

Seberkas Ilmu dari Bengkel Elektronika

25 Januari 2016   22:02 Diperbarui: 25 Januari 2016   22:33 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak teknik komputer yang ujungnya juga harus bertemu dengan elektro. Ya memang begitulah sks yang harus dijalani. Kali ini saya berbagi kisah mengenai pertemuanku dengan Bengkel Eloktronika. Wah, namanya elektro, pasti berbau fisika banget, kalu ingat fisika berhubungan dengan listrik atau membuat alat deh. Kebetulan semester satu kali ini kami disuruh untuk membuat lampu secara flip flop berdasarkan gambar dan membuat jalurnya. Jalur boleh sekreatif mungkin, namun jangan sampai menjadi beban bagi si perancang. Awalnya gak ngerti sama sekali, tapi lama-kelamaan setelah mendapatkan pengarahan akhrinya perlahan paham .

Pertamanya dapat gambar mengenai rangakaian, bingung sendiri macam orang bodoh. Ibarat anak kecil disuruh membaca. Ini apaan? Asli buta sebuta-butanya. Belajar dan bertanya, akhirnya mulai paham deh. Selanjutnya latihan kecil di kertas milimeter untuk membaut jalur tepat pada posisinya, kalau gak tepat, ya lampu yang diharapkan flip flop malah hanya flop2 atau flip2, dan yang paranya lagi, gak hidup sama kali gan. Macam kasus aku kemarin. Radanya mau nangis pakai banget, tapi pura-pura tegar aja di depan teman, padahal ini hati macam disayat-sayat. :D

Lanjut sebelum cerita sedih itu dimulai, setelah buat jalurnya di kertas milimeter, kami pun menjiplaknya dengan kertas karbon ke vcb yang telah diberikan sebelumnya. Gunakan spidol yang permanen biar tembaganya tepat dijalur tidak ikut hilang ketikan dilarutkan dengan larutan warna kuning, dan saya lupa namanya. :D. Pokonya kalau vcb dilarutkan di dalam untuk beberapa menit, maka tembaga di luar jalur akan hilang seketika.  Bukan sulap, bukan sihir. ;)

Diteruskan menyolder timah ke jalur yang telah dibersihkan menggunakan kertas pasir. Kalau gak kertas pasir, ya survival dong, gunakan pasir, kan namanya kertas pasir, berarti gak jauh-jauh dari pasir. Kemudian, dipasang deh komponennya, mulai dari resistor, lampu led, kapasitor dan juga transitor. Pokoknya disini butuh ketelitian yang ekstra. Terkesan sangat sederhana, tapi kalau salah posisi ya ujungnya bakalan gak hidup deh lampu lednya. Dan yang terakhir dirapikan kawat yang berlebihan.

Selesai deh tapi untuk ngerakitnya aja, kita harus uji dulu dengan menghubungkan ke baterai. Jeng-jeng, dapat giliran ke lima nyobain lampunya. Uda berharap bakalan hidup, karena teman sebelumnya sudah pada hidup semua. Setelah dipasang sesuai kutub positif dan negatif, muka yang penuh harapan berubah menjadi wajah bermuram durja. Sedihnya itu lohh. Sedih banget. Pas lihat kawan-kawan bangga dengan hasilnya yang memuaskan dan aku malah harus cek apa yang salah dari rangkaianku.

Kutanya abang senior, sebut saja asdos saat itu, dia aja heran rangkaian gak salah eh kok gak hidup juga lampunya. Si abang nyuruh buat ngikis tembaganya yang mungkin saling menyatu makanya gak hidup. Dengan sabar kulakukan, dan masih tetap berharap dia bakalan hidup :D . Percobaan ke dua, dekatin deh tu kabel dengan baterai, tetap gagal. Sampai percobaan ke tiga, tetap gak hidup. Dan sempat bilang nyerah aja deh. Kumpulin aja gitu. Tapi untung  ada teman-teman hebat yang tetap kasih semangat.

Dan dengan sisa-sisa harapan terakhir di detik-detik terakhir pengumpulan alat, aku dekati lagi si abang asdos, minta bantuannya. Dan si abg entah nasib apa tiba-tiba  lampu  hidup. Rasanya itu bro, lebih dari sekedar jatuh cinta :D. Senangnya makin bertambah kalau ternyata hasilnya flip-flop. Lampunya nyala secara bergantian.

Puji Tuhan banget. Terimakasih untuk si abang yang sampai detik sekarang, aku tak tahu namanya. Tapi tenang bang, wajah abang tetap di hati. J Sekian dari saya. Salam Politeknik Negeri Medan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun