Kepekaan atau sensitifity diterjemahkan sebagai kesanggupan bereaksi terhadap suatu keadaan. Kesanggupan bereaksi berarti membutuhkan waktu yang tidak lama untuk memutuskan sesuatu atas peristiwa yang bersifat darurat.
Namun untuk hal-hal yang tidak bersifat darurat maka pengambilan keputusan dapat dipelajari, dipertimbangkan, dan dianalisis dengan mempertimbangkan kepekaan agar keputusan yang kita ambil tidak keliru.
Kepekaan Sosial
Sebagai makhluk sosial dan hidup bermasyarakat acapkali kita dihadapkan pada peristiwa sosial yang membutuhkan kepekaan. Simpati menjadi penting untuk berempati kepada oarang-orang disekitar yang sedang mengalami masalah atau berduka.
Terkadang kita terlalu cuek dan hanya mementingkan diri kita pribadi, alih-alih memberikan perhatian kepada orang lain, yang ada kita ingin orang lain memberikan perhatian kepada kita.
Kepekaan Rohani
Kepekaan rohani dapat diperoleh melalui nutrisi rohani yang masuk dalam pikiran dan tersimpan di dalam hati. Semakin banyak kita mendengar, melihat, dan membaca suatu kebenaran maka semakin memperkaya hati dengan kebenaran.
Dari hati ini akan memancarkan kebaikan melalui pikiran dan tindakan yang dilakukan. Tindakan merupakan buah yang dihasilkan oleh hati yang baik.
Bagaimana Membangun Kepekaan?
Manusia sering terjebak oleh kemapanan hidup, mereka seolah-olah baik-baik saja dan tidak ada masalah. Jika pun menghadapi masalah rohani dapat ditutupi oleh perkara-perkara jasmani.
Memang mereka ini tidak ada kekurangan dalam perkara jasmani, namun untuk perkara rohani mereka ini tidak memiliki kepekaan rohani, bahkan mereka dapat memungkiri keberadaan Sang Pencipta.
Lantas apa saja yang perlu dilakukan agar kita dapat memiliki kepekaan rohani? Berikut saya bagikan paling tidak ada 4 langkah untuk membangun kepekaan.
Satu, Melembutkan hati
Hati yang lembut ibarat tanah yang baik yang siap ditaburi benih, ia akan bertumbuh dan berbuah lebat. Hati yang lembut siap menerima ajaran-ajaran yang benar dan menolak ajaran-ajaran yang menyesatkan.