Tidak dapat dipungkiri perusahaan yang berenang pada samudra merah mengalahkan pesaing menjadi hal yang mutlak. Dengan adanya pasokan yang melebihi permintaan menjadikan produk menjadi komoditas. Dan kegiatan promosi harus dilakukan secara agresif yang berakhir dengan biaya operasional melambung.
Blue Ocean Strategy
Blue Ocean atau samudra biru merupakan ruang pasar yang belum dijelajahi. Di sini perusahaan dituntut menciptakan permintaan. Namun, menjanjikan peluang pertumbuhan bisnis yang besar.Â
Samudra biru dapat diciptakan dari samudra merah dengan cara memperluas batasan-batasan industri yang sudah ada. Di dalam samudra biru kompetisi itu tidak relevan karena aturan-aturan belum terbentuk.
Kemajuan teknologi informasi telah mendorong terbentuknya samudra biru melalui produk dan jasa yang baru dan belum pernah ada sebelumnya. Banyak pengusaha sukses bukan karena mereka keturunan konglomerat, bermodal besar, mempunyai pabrik atau tanah yang luas. Namun, hanya sebuah ide membuat aplikasi yang menjual jasa dengan mempertemukan orang.
Sebut saja Mark Zuckerberg (37) menempati urutan ke empat orang terkaya dunia dengan total kekayaan $ 82.3 miliar berkat bisnis situs jejaring sosial Facebook. Atau Nadiem Makarim (35) melalui bisnis aplikasi GoJek dapat mengumpulkan kekayaan sebesar $100 juta dan menjadi orang terkaya Indonesia ke-150.
Hasil Studi Kim dan Mauborgne
Prof. Kim dan Prof. Mauborgne mengadakan studi terhadap 108 perusahaan. Mengukur secara kuantitatif dampak dari penciptaan Blue Ocean Strategy terhadap pertumbuhan pemasukan dan laba perusahaan.
Dari studi tersebut ditemukan data sebagai berikut:
1. Red Ocean StartegyÂ
Bahwa 86% yang dilakukan dengan inisiatif perluasan lini atau merupakan Red Ocean Strategy, menghasilkan pemasukan 62% dan mendapat laba 39%.
2. Blue Ocean Startegy
Sedangkan 14% yang dilakukan dengan membuka pasar yang baru atau Blue Ocean Strategy dapat menghasilkan pemasukan 38% dan laba sebesar 61%.