"Dan cinta ibu itu seperti kehidupan ini, tanpa perlu engkau minta, tanpa perlu engkau, ia pasti datang dengan sendiri."
Setiap keluarga mempunyai kebiasaan yang berbeda antara satu keluarga dengan lainnya. Demikian juga dengan tantangan yang harus dihadapi.
Peran ibu rumah tangga begitu besar dalam keluarga, ia harus pintar mendidik anak-anaknya dan mengelola keuangan yang terkadang harus memeras otak agar penghasilan suami mencukupi sampai akhir bulan.
Alkisah ada keluarga miskin yang harus berjuang untuk bertahan hidup. Ayah sebagai pegawai rendahan dan istrinya sebagai ibu rumah tangga yang mengurus pekerjaan rumah dan mendidik anak-anak.
Dengan penghasilan yang pas-pasan ibu ini harus pandai dalam mempergunakan uang, salah sedikit dalam perhitungan maka uangnya tidak mencukupi sampai gajian berikutnya.
Untuk kebutuhan makan sehari-hari ibunda harus mengatur menu makanan dengan jeli, makan tahu, tempe, telur dan ikan asin tidak lepas dari daftar menu sehari-hari. Hanya sesekali makan ayam dan ikan sebagai hidangan yang istimewa.
Namun setiap kali memasak ikan sang ibu mempunyai kegemaran untuk makan bagian kepala, sedangkan bagian daging merupakan jatah untuk ayah dan dua anaknya. Ibu sangat berbahagia melihat suami dan anak-anaknya makan dengan lahap.
Pada saat ibu yang dikasihi akan berulang tahun, ayah dan dua anaknya sepakat untuk memberikan kado makanan kesukaan ibunda yaitu kepala ikan.
Tibalah saatnya hari ulang tiba, suami dan anak-anaknya bersiap memberikan kejutan pada ibunda dengan hadiah spesial kepala ikan.
Mereka semua berbahagia dalam pesta makan ikan, namun sang ibu sembari makan kepala ikan meneteskan air mata tak kuasa menahan haru dan kesedihan. Anaknya menanyakan mengapa ibu menangis.
Dengan terbata-bata ibu menjawab "Nak selama ini jika ibu makan kepala ikan bukan karena ibu menyukainya, namun mengalah agar daging dimakan kalian, supaya lauknya cukup".