Singapura telah menggeser Amerika Serikat (AS) sebagai ekonomi paling kompetitif di dunia demikian hasil survei internasional World Economic Forum's (WEF) Global Competitiveness Index yang dirilis awal April 2019.
Singapura dengan skor 84.8 unggul dalam hal infrastruktur, kesehatan, pasar tenaga kerja, dan sistem keuangan. Dengan demikian meningkatkan peringkat menjadi nomor wahid dan mendepak AS yang memegang posisi teratas tahun 2018 turun ke posisi kedua. Hong Kong di peringkat 3, diikuti oleh Belanda (4), Swiss (5) dan Jepang (6).
Peringkat Indonesia tercatat turun dari posisi 45 tahun 2018 menjadi urutan 50 atau turun 5 posisi. Jauh di bawah beberapa negara sekawasan seperti Thailand di peringkat 40 dan Malaysia di peringkat 27.
Namun demikian Indonesia masih unggul atas Brunei yang berada di peringkat 56, Vietnam yang menempati posisi 67, Filipina (64), Kamboja (106) dan Laos (113). Sementara itu Asia Timur dan Asia Pasifik menjadi kawasan yang paling kompetitif, diikuti Eropa dan Amerika Utara.
Di Asia Selatan, India berada di posisi 68. Namun, meski kalah peringkat, skornya relatif stabil karena pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan negara-negara di kawasan tersebut seperti Sri Langka, Nepal, Bangladesh dan Pakistan.
Indeks persaingan global diukur berdasarkan 12 pilar, yakni kelembagaan, infrastruktur, teknologi informasi dan komunikasi, stabilitas makro ekonomi, pemasaran produk, pasar tenaga kerja, sistem keuangan, ukuran pasar, kesehatan, keahlian, dinamisme bisnis, dan kemampuan inovasi.
Dari 12 pilar indikator yang diukur WEF, berikut ini 4 data skor Indonesia :
- Skor yang paling tinggi macroeonomics stability, dengan nilai 90.
- ICT (information and communication technology) dengan skor 55,4.
- Transparansi yang miliki sangat rendah yaitu 38
- Innovation capability, dengan angka 37,7
Menurut ekonom dari Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri sebenarnya Indonesia unggul dalam stabilitas makro ekonomi yaitu dengan skor 90. Namun, sayang dengan skor itu belum mampu meningkatkan daya saing, hal ini disebabkan skor yang lain buruk.
Mencermati data di atas maka tidak ada pilihan selain Indonesia meningkatkan daya saing, agar peringkatnya naik dan tidak disusul oleh negara-negara lain di bawahnya.
Baik meningkatkan keunggulan komparatif (comparative advantages) melalui pengembangan sumber daya alam. Dan keunggulan kompetitif (competitive advantage) dengan penguasaan teknologi/