Sayang nasihat Habibie diabaikan, penghargaan anti korupsi selama menjabat sebagai bupati tidak cukup baginya untuk tetap menjaga integritas.
Jabatan sebagai guru besar tak menjamin ia tetap jujur dan dukungan sang istri Liestiaty F. Nurdin tidak mampu untuk menolak tawaran korupsi.
Sejatinya korupsi tidak berbeda jauh dengan bunuh diri, ia telah membunuh karakternya yang dibangun dengan banyak peluh dan waktu yang lama.
Publik percaya bahwa Nurdin adalah seorang pribadi yang rajin dan pintar, terbukti gelar master dan doktor diraih di Negeri Sakura, Jepang. Juga jabatan profesor dari Universitas Hasanuddin.
Paling tidak sampai dengan tahun 2017, ia dikenal bupati yang bersih karena mendapatkan penghargaan Bung Hatta Award.
Korupsi tidak hanya berdampak pada karier dan nama dirinya, tetapi telah mencemarkan nama keluarga dan berdampak psikologis pada keluarga besar, istrinya dan ketiga anaknya.
Presiden Joko Widodo berkali-kali mengingatkan kepada para kepala daerah untuk tidak melakukan korupsi. Demikian juga berkali-kali KPK telah melakukan OTT, namun para kepala daerah terkesan abai.
Sampai saat ini KPK belum menjelaskan Nurdin terlibat dalam korupsi apa. Kita hanya prihatin atas perilaku para koruptor dan berharap para kepala daerah berpikir 100x untuk melakukan korupsi.
Rujukan: Wikipedia.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H