Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan di dunia ini, sistem yang sudah dibangun lama dengan baik seolah-olah diruntuhkan hanya hitungan bulan.
Asal mula COVID-19 disebabkan oleh faktor kecerobohan sosial manusia di Kota Wuhan-China yang mengonsumsi hewan ekstrem kelelawar.
Hasil pengamatan ini mengindikasikan bahwa kelelawar, khususnya dari genus Rhinolophus adalah sumber datangnya virus Sars-Cov dan Sars-Co-2 ( Suara.Com, 31 Maret 2020 ).
Dari perilaku "Social" masyarakat Kota Wuhan ini menjadi episentrum wabah COVID-19 yang telah menjalar di 195 negara dan menewaskan puluhan ribu orang. Ekonomi Indonesia lumpuh, rupiah terjun bebas ke Rp. 16.300,- per dolar Amerika, IHSG jebol di level Rp. 4.500,-, pusat perbelanjaan, restoran, hotel, tempat wisata sepi bahkan banyak yang tutup. Hanya produk sembako, hand sanitizer, masker, pulsa, vitamin-C, APD, sarung tangan & empon – empon yang laris manis diburu konsumen.
Pertanyaannya mampukah para Pebisnis bertahan saat kondisi krisis seperti ini, jurus - jurus apa saja yang akan dimainkan?
PESTLE Analysis
Apabila kita mengindentifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi suatu organisasi bisnis yaitu dengan PESTLE Anaylisis, maka terlihat bagaimana faktor “Social” telah memengaruhi “Economical”.
Misalnya, berdampak pada sektor pariwisata dan perdagangan, logistik, pertambangan & industri, pakaian, maskapai penerbangan, logam & tambang, minyak & gas, konstruksi, transportasi, otomotif, properti, bahkan postur APBN akan mengalami perubahan.
Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tertekan di level 2.1% (Kompas.com, 31 Maret 2020), sudah pasti rupiah dan IHSG letoy.
Bidang “POLITICAL” ada perubahan positif misalnya, ketegangan Trump dengan Xi Jinping mesra, bahkan keduanya sepakat bersatu memerangi COVID-19 ( CNBC, 27 Maret 2020 ).