Mohon tunggu...
Krisantini Markam
Krisantini Markam Mohon Tunggu... -

Indonesian born, biologist and musician, live in Australia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mau Terus Hidup di Jakarta? Saatnya Menata Pola Konsumsi dan Gaya Hidup

2 Juli 2012   13:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:20 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta, kota tumpuan harapan pencari kehidupan dari berbagai daerah di Indonesia.  Dengan tingkat populasi 14 juta tidak heran banyak pendatang dari luar Jakarta datang mengais rejeki; populasi 14 juta merupakan pasar luar biasa besar bagi berbagai usaha suplai pangan dan jasa. Luas wilayah Jakarta ekitar 1300km2, jadi kepadatan penduduk di Jakarta mencapai  lebih dari 10,000 orang per km2.  Jakarta tidak sepadat Mumbai dan Calcutta yang kepadatannya mencapai lebih dari 20,000 orang per km2, namun bagi saya yang lahir dan besar di Jakarta, lalu merantau dan tinggal di luar negeri – saya merasa agak sesak setiap kali mudik ke Jakarta.

Namun bagaimana lingkungan hidup Jakarta mampu menopang populasi sebanyak ini, yang agaknya akan terus meningkat?

Kebutuhan Dasar untuk Hidup: Oksigen, Air, Makanan

Oksigen, air bersih dan makanan merupakan kebutuhan hidup manusia, BUKAN uang, jabatan atau posisi pekerjaan, jumlah rumah dan mobil yang dimiliki.

Kondisi jalan raya yang macet dan panas membuat orang cenderung cepat naik darah akibat hal-hal sepele. Kebutuhan orang Jakarta untuk pergi ke Puncak, ke gunung atau dataran tinggi yang lebih sepi saat liburan merupakan naluri biologis untuk memenuhi kebutuhan udara segar, karena setiap makhluk hidup harus bernafas dan untuk bernafas diperlukan oksigen.

Udara yang kita hirup sehari-hari merupakan campuran berbagai gas, diantaranya Oksigen dan karbondioksida. Sebelum tahun 2005, kadar CO2 di atmosfer bumi stabil selama 1000 tahun yaitu 250 ppm, saat ini, akibat pembakaran minyak bumi besar-besaran, kandungan CO2 di udara sudah mencapai 380 ppm.

Alam memiliki kemampuan untuk mengeluarkan gas ini melalui berbagai reaksi dengan mineral di dalam tanah, dilarutkan oleh air laut, dan diikat oleh tumbuhan hijau melalui proses fotosintesis. Proses-proses ini sudah berlangsung secara alamiah selama ribuan tahun dalam sejarah bumi. Namun saat ini laju pembebasan karbon dioksida ke atmosfer sudah jauh lebih tinggi dari kemampuan alam untuk mengikatnya kembali, sementara pohon dan tumbuhan hijau yang berfungsi mengikat CO2 semakin berkurang.

Laju pelepasan CO2 ke atmosfer akibat pembakaran bahan bakar dan minyak bumi untuk transportasi, proses pembangunan dan industrialisasi. demikian cepatnya

Tingkat CO2 350 ppm merupakan ambang tertinggi yang bisa ditoleransi terumbu karang, ‘rumah’ bagi ikan dan habitat kehidupan laut, serta merupakan penghalang dan pelindung daratan dari gelombang dan badai laut. Pada tingkat CO2 380 ppm terumbu karang mulai rusak, memutih, bahkan larut karena air laut menjadi lebih masam.akibat CO2 yang terlarut dalam air laut makin banyak.

Air

Sembilan puluh persen lebih tubuh makhluk hidup merupakan air. Manusia bisa bertahan hidup antara 14-21 hari tanpa makanan, tapi hanya mampu bertahan 3 hari tanpa minum.

Peningkatan populasi, pembangunan rumah-rumah susun di kota Jakarta, membuat tekanan yang semakin besar terhadap lingkungan Jakarta. Di berbagai wilayah Jakarta, khususnya pada musim kemarau, kualitas air sangat buruk akibat tercemar air laut. Wilayah rawa yang secara alamiah merupakan wilayah penyangga peralihan laut dan darat – sudah diuruk dan dibangun. Kelanjutan persediaan air bersih akan menjadi masalah besar jika tidak mendapat perhatian yang serius dan konsisten mulai sekarang.

Makanan

Sebagian besar pasokan pangan untuk penduduk Jakarta berasal dari luar Jakarta.  Orang akan mengatakan: ‘dimana-mana juga begitu, mana ada pertanian di tengah kota, tanah di kota terlalu mahal untuk bercocok tanam, membangun apartemen atau pusat belanja jauh lebih menguntungkan’.

Pasokan pangan dari luar kota dan dari luar negeri akan menjadi sangat mahal saat harga bahan bakar menjadi sangat tinggi. Saat ini diperkirakan persediaan minyak bumi di dunia hanya cukup untuk 30-40 tahun mendatang. Ini dengan asumsi laju penggunaannya  konstan seperti sekarang. Jakarta, serta banyak kota lain di Indonesia, justru sedang melakukan pembangunan fisik besar-besaran yang membutuhkan banyak energi.

Pemerintah di berbagai Negara di dunia secara serius mengalokasikan dana besar untuk meneliti dan memanfaatkan energi alternatif dari sinar matahari, tenaga angin, tenaga air dan sumber energi hayati. Saat pengganti BBM ditemukan, akan diperlukan waktu tidak sebentar hingga sumber itu bisa diakses secara luas. Dalam kondisi sekarang saja masih banyak desa di Indonesia yang belum terjangkau PLN. Jadi kita tetap harus bersiap-siap menghadapi kondisi dimana BBM menjadi mahal dan langka sebelum energi alternatif tersedia. Untuk itu tindakan adaptasi, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, harus mulai kita lakukan sekarang. I think I am getting distracted here. Balik ke soal makanan, tersedianya pasokan makanan produk lokal sangat penting. Kita perlu secara serius mengembangkan produksi makanan lokal.

Yang Bisa Kita Lakukan: Hemat, Hindari Perilaku Konsumtif dan Sadar Lingkungan

Watak dan sikap penduduk kota besar, khususnya masyarakat menengah di ibukota, perlu dibina. Cukup banyak yang sudah sadar lingkungan, tapi masih banyak juga yang belum, karena hidup kita saat ini bergelimang  produk-produk energi secara melimpah. Mulai dari surat kabar yang saat ini sedang anda baca, baju dan sepatu yang sedang anda pakai, SMS yang sedang anda ketik di mobile phone anda, meja dan kursi, computer, printer di  kantor anda, hingga sabun mandi, shampoo dan sabun cuci, tisu kebutuhan sehari-hari rumah tangga anda. Semua barang-barang ini tersedia karena ada pasokan energi.

Sikap dan gaya hidup hemat harus diterapkan jika kita ingin terus hidup di Jakarta seperti sekarang. Setiap orang, apa pun jabatan pekerjaan atau profesinya, memiliki kesempatan untuk berpartisipasi. Kurangi perilaku konsumtif. Periksa koleksi tas dan sepatu anda, apakah perlu koleksi demikian banyaknya? Bila anda memiliki beberapa mobil, mulai pikirkan untuk mengganti salah satu dengan mobil hibrida. Saat berbelanja, belilah produk-produk yang memiliki label ramah lingkungan dan organik. Hindari penggunaan barang yang dengan kemasan yang berlebihan, dan  sedapat mungkin beli produk-produk yang diproduksi secara lokal untuk mengurangi emisi yang ditimbulkan akibat pengangkutan jarak jauh.

Hari-hari bebas kendaraan bermotor perlu ditingkatkan dan digiatkan di berbagai pelosok Jakarta. Jika anda memiliki jiwa dagang, koordinasilah even penjualan atau bazar yang menjual barang-barang bekas layak pakai. Jika anda seorang disainer yang kreatif, ciptakan disain-disain indah menggunakan bahan daur ulang. Jika anda seorang yang berpengaruh, saatnya memanfaatkan ketenaran anda untuk menyebarluaskan pesan-pesan hijau dengan cara khas anda.

Definisi ‘kota atau desa mandiri’ mungkin perlu dikembangkan lebih luas dari sekedar menciptakan pemukiman, perkantoran dan perbelanjaan lokal. Taman dan ruang terbuka hijau harus menjadi komponen utama kota atau desa mandiri. Setiap liter disel yang dibakar akan membebaskan 3 kg CO2.  Setiap pohon dewasa dapat menyerap CO2 dari atmosfer hingga 23 kg/tahun. Perencana pemukiman dan tata kota perlu merencanakan dan menghitung secara seksama, berapa emisi karbon yang potensial dihasilkan di wilayah itu dan bagaimana mengimbangi penyerapannya. Sejauh memungkinkan – alokasikan wilayah untuk produksi sayuran /produksi pangan untuk kebutuhan lokal.Ciptakan pasar-pasar lokal yang menjual hasil bumi yang diproduksi secara lokal.

Kegiatan sadar lingkungan bisa dimulai dalam arisan ibu-ibu RT, hingga saat anda berkumpul dengan teman dan chit chat di coffee shops. Secara perseorangan anda mampu membuat banyak perubahan, secara berkelompok apa lagi.

Kurangi penggunaan plastik, gunakan produk daur ulang, komposkan sampah organik, buat rambu-rambu bertuliskan: ‘jalan bebas sampah’, atau ‘jalan hijau’ di lingkungan pemukiman anda. Di taman di sekitar pemukiman  atau kantor anda, pasanglah papan bertuliskan: ‘Setiap pohon di taman ini mensuplai kebutuhan oksigen untuk 24 orang selama 1 bulan’.

Ajarkan anak-anak anda untuk hemat air, menghabiskan makanan yang sudah dibeli, memelihara dan menghargai barang-barang milikinya dan tidak mudah bosan. Ajarkan pembantu rumah tangga anda untuk hemat sabun cuci, bahan pel dan bahan pemutih. Ingat bahwa semua bahan kimia ini akan berakhir di sungai  dan laut, sungai dan laut kita bukan keranjang sampah.

Yang sekarang ‘cool’ adalah yang memiliki rumah kecil dengan halaman yang besar dan memiliki keragaman species flora dan fauna yang tinggi. Anda hebat jika anda menyumbang atau menjadi sukarelawan pada organisasi atau kelompok pelestarian flora dan fauna khas Indonesia yang serba indah dan mengagumkan. I am sure people would feel much better about themselves if they do something more meaningful in their life.

Kembali ke pernyataan awal tulisan ini, Jakarta merupakan tumpuan pencarian penghidupan, namun diperlukan keseimbangan antara kelestarian lingkungan dan pembangunan ekonomi. Keduanya saling tergantung, yang satu tidak mungkin berlanjut tanpa keberadaan lainnya. Bila anda hidup di Jakarta, mulailah berpartisipasi melestarikan kota anda. Bila anda membaca tulisan ini, anda pasti orang pintar dan terpelajar, jadi …tunjukkan kepedulian anda. SMILE :-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun