Mohon tunggu...
Krisantini Markam
Krisantini Markam Mohon Tunggu... -

Indonesian born, biologist and musician, live in Australia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kemerdekaan Berpikir dan Kerusuhan

1 September 2012   02:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:04 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kita hidup di dalam satu dari 8 planet besar dalam sistem  matahari (solar system). Planet ini penuh berkah.  Jaraknya dari matahari begitu tepat sehingga tidak terlalu panas seperti Venus (400ᵒ C) atau terlalu dingin seperti  Neptunus (−224 °C). Di bumi ada  air dan kehidupan. Terdapat jutaan sistem serupa sistem matahari di alam semesta; bumi hanya merupakan satu titik mungil berwarna biru di dalam lautan ratusan juta planet dan bintang-bintang.

Di titik mungil berwarna biru inilah kita hidup. Semua kebahagiaan, kesedihan, terjalinnya hubungan cinta dan putus cinta, pembangunan dan perusakan, kebajikan dan fitnah,  terjadi di titik mungil ini.  Persis di belahan tengah bola planet ini terdapat sebuah Negara dengan 17 ribu lebih pulau-pulau. Karena terdapat di khatulistiwa perjalanan yang ditempuh akibat rotasi bumi di wilayah ini jauh lebih panjang ketimbang wilayah di belahan bumi Utara dan Selatan.  Sinar matahari yang diterima berlimpah. Kawasan ini merupakan tempat bertemunya arus laut dari Utara yang bergerak searah jarum jam dengan arus dari Selatan yang bergerak berlawanan arah jarum jam. Kekayaan dan keragaman hayati yang terjadi di kawasan ini sangat unik dan luar biasa besarnya.

Karena lokasi geografisnya pulau-pulau ini telah menjadi tempat persinggahan berbagai bangsa yang kemudian bercampur baur dengan penduduk asli.  Keragaman ras dan budaya di Indonesia melebihi yang ada di benua Eropa. Dari yang berkulit putih kekuningan,  sawo matang hingga gelap. Rambut lurus, ikal hingga keriting. Begitu banyaknya dialek bahasa, tarian, alat tabuh dan alat music, ritme dan warna musik, corak dan motif seni lukisan, batik dan tenun, pahat dan ukiran, dan…makanan!  (Di Eropa,  tujuan wisata idaman di dunia,  semua ini merupakan komoditas andalan tak ternilai untuk ditunjukkan dan dipamerkan  sehingga  menghasilkan devisa  luar biasa besarnya).

Belum selang sebulan rakyat Indonesia merayakan hari kemerdekaan dan idul fitri, kekerasan dan perang saudara terjadi lagi di tanah air. Video, poster, email, berita-berita pemilihan pemimpin Jakarta dengan isi yang jauh dari keramahan dan kebersamaan sebagai bangsa  beredar luas.  Berita politik dan korupsi serba simpang siur, tidak jelas lagi kapan dan siapa memihak mana, siapa yang bohong dan yang jujur. Setelah 60 tahun lebih merdeka ternyata kita masih harus banyak belajar. Sebagian saudara kita setanah air belum berpikiran terbuka:  ‘’covered’’, “kafir”,  atau ‘tertutup’’ .

Keragaman

Saya mengalami dan belajar bahwa keterbukaan dan kebebasan mengemukakan pendapat dengan cara yang  baik dan sopan merupakan sesuatu yang penting dalam perkembangan watak seseorang. Tahun-tahun pertama tinggal di Australia saya terkaget-kaget melihat anak saya yang saat itu kelas 3 SD berjalan ke depan kelas menemui gurunya. Ia membawa PRnya dan mengatakan: Excuse me Mr Z, I do not think you are being fair here. My mark should have been better than this. Could you please check again? Tidak terpikir oleh saya dia bisa melakukan itu di sekolah di Indonesia pada saat itu.

Guru, orang tua, pemimpin, harus dihormati; ini kental sekali dalam kultur Timur. Namun tidak berarti merekalah penentu kebenaran. Yang namanya manusia, siapa pun, bisa salah dan bisa benar. Manusia bukan malaikat, tapi juga  bukan setan yang ‘ngaco’ terus menerus.

Keragaman ras, budaya, ritual, keragaman fisik manusia merupakan warna-warna dan berkah. Keragaman bukan masalah superior atau inferior, bukan untuk diseragamkan, dikucilkan atau dibasmi. Dalam sistem pertanian, sistem pertanian monokultur sangat rentan terhadap kerusakan dibandingkan sistem tanam ganda. Dalam ilmu lingkungan, tingginya biodiversitas atau keragaman hayati menjadi ukuran kesehatan sebuah ekosistem dan menjadi kunci kelangsungan hidupnya.

Menempatkan Diri Sesuai Harkat Manusia


Inti tulisan ini ialah agar kita memerdekakan cara berpikir, tidak mudah terpengaruh dan terpecah belah, dan lebih bijak mencerna sedemikian banyaknya informasi yang kita terima, dan berani menentukan sikap. Otak manusia memiliki ukuran dan proporsi yang besar dibandingkan otak species Primata lain, sekitar 1.5 kg, terdiri atas 80-120 milyar sel neuron yang bekerjasama dengan cara yang sangat efisien dan kompleks. Mungkin ini alasan mengapa manusia disebut kafilah atau pemimpin: Homo sapiens dikaruniai otak yang canggih untuk berpikir dan menggunakan akalnya untuk kebaikan dan keselarasan kehidupan di bumi.

Kita perlu lebih kritis memilah informasi yang kita terima sendiri atau yang sampai ke anak-anak dan keluarga, termasuk berita distraction yang diciptakan untuk membuat kita lupa pada masalah utama. Kita perlu lebih bijak menyikapi  ajakan dan himbauan yang kita terima secara langsung melalui ceramah, kotbah, dan bentuk lain, mau pun yang tidak langsung melalui media. Saatnya untuk sejenak hening menggunakan otak karunia Tuhan yang tak ternilai ini untuk merenung, melakukan introspeksi terhadap keramaian politik, pertikaian antar golongan dan aliran, praktek ketidak adilan dan diskriminasi yang masih ada di Indonesia saat ini.

Jika seseorang mengatakan, aliran X merupakan yang termulia, apakah ia pernah mempelajari aliran lainnya? Bukankah bagi sebagian besar orang agama atau aliran yang dipeluk seseorang sebetulnya  diturunkan dari orang tuanya?  Kelompok yang menutup restoran saat bulan puasa, membuat huru hara saat rumah ibadah keimanan lain dibangun, bukankah tindakan ini justru menunjukkan kelemahan iman mereka? Masa ada restoran buka bulan puasa saja marah? Pembangunan sejumlah kecil  rumah ibadah agama lain mampu membuat  kepercayaannya sendiri terancam?

Orang yang teguh dan beriman kuat tidak mudah digoncangkan. Muslim dan muslimah yang tinggal di belahan bumi Utara tahun ini puasa jam 3 pagi dan hingga jam 9 malam karena bulan puasa jatuh pada musim panas dimana periode terang jauh lebih lama dari periode gelap. Mereka kukuh menjalankan ajarannya walau pun berada di lokasi geografis yang jauh dari kenyamanan berpuasa di wilayah tropis dimana matahari terbenam sekitar jam 6 sore sepanjang tahun.Tidak ada adzan berkumandang 5 kali sehari untuk mengingatkan saat shalat. Untuk shalat Ied harus nyetir berjam-jam sebelum ketemu masjid pertama. Inilah mereka yang beriman kuat dan teguh. Mereka teguh dan konsisten walau pun hidup sebagai minoritas ditengah masyarakat yang berbeda iman dan ritualnya.

Tindakan merusak dan teror pada yang dianggap tidak sepaham atau sealiran, tidakkah menunjukkan (mungkin) ketakutan karena menyadari kelemahannya sendiri, sehingga tidak mampu lagi berpikir jernih dan menurunkan harkatnya sebagai makhluk yang bijak dan pandai? Manusia bukan kangguru yang punya kaki panjang untuk meloncat jauh agar terhindar dari pemburunya; tidak punya taring panjang yang tajam untuk membunuh mangsanya. Karunia manusia dari Maha Pencipta ialah OTAK yang seyogyanya digunakan untuk secara dingin dan tenang bermusyawarah dalam menyikapi perbedaan.

Sebagian pembaca mungkin ingat kerusuhan Mei 1998. Betapa besarnya kerusakan yang telah ditimbulkan sekelompok orang terhadap bangsanya sendiri. Betapa hancurnya perumahan, fasilitas umum  dan pusat-pusat bisnis, yang berakibat meningkatnya tingkat pengangguran, kelangkaan pangan dan perasaan tidak aman. Betapa banyaknya korban jiwa yang jatuh. Betapa hancurnya perasaan etnis keturunan Cina yang menjadi sasaran pada saat itu, sementara sebagian mereka sudah 3-4 generasi tinggal di Indonesia, berbisnis, menciptakan lapangan kerja di Indonesia. Betapa buruknya harkat bangsa Indonesia di mata bangsa lain, betapa runtuhnya kepercayaan internasional sehingga investor manca Negara menunda atau mengalihkan investasinya ke Negara yang lebih aman dan damai, betapa nilai tukar Rupiah menjadi begitu rendah nilainya, betapa panjangnya dampak buruk kerusuhan terhadap kondisi ekonomi. Betapa ….I could go on and on…

Pemikiran ‘’memecah belah’’  (divide et impera) merupakan warisan penjajah ratusan tahun lalu yang tidak perlu dipertahankan. Tampaknya sebagian dari kita sedang lupa betapa dahsyatnya kekuatan persahabatan, gotong royong, sentuhan, senyuman, bertutur kata yang sopan, saling mendengarkan, memberi pujian yang jujur dan tulus pada orang lain yang berprestasi , dan memberi masukan pada orang/kelompok lain yang tidak sejalan dengan cara yang sopan dan bersahabat.

Indonesia sarat manusia pintar dan kreatif.  Setelah dijajah berbagai bangsa, mengalami berbagai bencana alam mau pun kerusuhan sosial  - Indonesia masih kukuh sebagai Negara Kesatuan. Bangsa Indonesia terbukti tahan banting! Sebagai bangsa kita punya masalah yang jauh besar dari pemilihan pemimpin ibu kota, perbedaan aliran, pemahaman, dan ritual. Saatnya menggunakan otAK (bukan otOT) dan akal sehat  untuk membangun kebersamaan dan menghilangkan diskriminasi untuk membangun bangsa . Secara individual setiap orang mampu membuat perubahan besar, secara berkelompok apalagi.

Saya tidak mengatakan bahwa kita, atau pemerintah, atau sistem pendidikan (atau apa lagilah yang bisa disalahkan) telah gagal. I would say that we have not done a good job YET. Kita makhluk ciptaan Tuhan yang unggul dan telah dikaruniai tempat yang begitu indah di alam semesta. Kita mampu  melakukan perbaikan dan perubahan dengan cara menghindari kekerasan dan kerusakan,  dan menghapuskan diskriminasi ras, golongan, aliran, agama, gender, kelas-kelas sosial dan ekonomi.  Kedamaian itu indah, mengapa tega merusaknya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun