Mohon tunggu...
Krisantini Markam
Krisantini Markam Mohon Tunggu... -

Indonesian born, biologist and musician, live in Australia

Selanjutnya

Tutup

Politik

No 1 dan No 2

22 Juni 2014   15:14 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:50 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilihan presiden sebentar lagi.  Puasa lebih dekat lagi…Herannya tulisan-tulisan bernada negatif dan kurang jelas sumbernya tentang no 1 dan 2 teruuuus aja muncul, dari yang  agak nyelekit hingga yang nyelekit banget.  Keluarganya pun kena. Berikut ini beberapa pernyataan yang saya baca dan terngiang-ngiang: istri capres anu tas nya super mahal dari Perancis, anaknya capres anu ternyata  orientasinya begini begitu, capres anu ternyata keturunan orang kafir dan didukung Yahudi,capres ini ternyata hutangnya banyak … Hadooh…gimana ini..

Dalam politik di Indonesia ternyata tokoh partai/pemimpin itu pentiiiing banget, agaknya lebih penting dari partainya. Jika ditanya apa beda PAN dari PKB, atau PDIP dari NASDEM, gak banyak  yang tau.  Yang penting dan diingat  ialah siapa pimpinannya, atau siapa jurkam nya…

Beda dengan di Australia dimana visi dan misi setiap parpol sangat jelas dan dimengerti, sehingga setiap orang akan memilih partai yang sesuai dengan visi masing-masing. Sebagai contoh visi Partai Hijau (secara singkat) ialah pelestarian lingkungan dan pembangunan yang sustainable, bukan melulu pertumbuhan ekonomi. Selama visi Partai Hijau tidak berubah -  siapa pun capresnya atau pimpinan parpolnya - pengikutnya akan setia pada partai ini. Di Indonesia, jika capres favorit yang berasal dari Partai Bumi  pindah ke Partai Mars, bisa diramalkan pendukungnya akan mengikuti capres favoritnya tanpa banyak mempertimbangkan perbedaan visi partai Mars dari partai Bumi.

Peran Kelompok Menengah

Balik lagi ke topik berita-berita negatif, pernyataan berikut bagi aku menggangguuuu banget: Pendukung no 1 bilang kalau no 2 yang jadi Presiden – bangsa ini akan hancur!  Yaaah…enggak bangeeeet deh…Bangsa Indonesia itu tangguh, pinter, kreatif, dan tahan banting. Secara geografis terletak di ring of fire, kena gempa, gunung meletus, banjir, kebakaran, udah perang lawan Belanda dan Jepang, sumber daya alam dimanfaatkan bangsa lain dan korupsi pejabat puluhan tahun,  apa kita hancur? Nope! Bangsa Indonesia sangat resilient. Proporsi kelompok menengah di Indonesia makin besar, kelompok ini berpendidikan dan pinter, berani mengemukakan pendapat, melek teknologi,  mobile dan tidak mudah terpengaruh. Kelompok menengah memainkan peranan penting untuk kemajuan bangsa dan Negara. Bangsa Indonesia akan maju terus, siapa pun presidennya. Tentu bukan tanpa tantangan, kesejahteraan rakyat yang belum merata sudah pasti banyak masalahnya.

Apa  Kata Tetangga…

Tetangga kita tuh banyak lho yang ngerti Bahasa Indonesia.  Teman sekantor saya ada yang rajin mengikuti berita pemilihan presiden Indonesia pakai  Google translate. Kemarin dia dengerin  lagu yel salah satu capres lalu dia tanya, kenapa bangsa Indonesia pengen jadi bangsa yang di dihargai dan ditakutin, emangnya sekarang enggak? Haaa? emang ada kata-kata itu di salah satu lagu ? lalu aku simak lagunya…eh beneerr ada…! Seakan-akan saat ini bangsa Indonesia – mungkin – minder, penakut atau rendah diri, lalu perlu didipimpin capres no 1 agar ditakuti..(?)

Eling deeeh…perang informasi online antara pendukung no 1 dan no 2 ini dimonitor oleh Negara tetangga kita..Sambil diketawain juga, karena jelas banget sebagian pendukung super fanatik dan emosional jika capresnya dikritik..Come on  guys.. Tantangan kemajuan bangsa ini ialah perpecahan di dalam bangsa sendiri.. Masa jaman sekarang masih ada ancaman  fisik antar kelompok...Sumpah serapah tertulis di media sosial dibaca banyak orang euy – bukan hanya dibaca orang  Indonesia dan akan tercatat dalam kurun waktu yang lama…Pliss deh, jangan malu-maluin diri sendiri,  mana bikin dosa lagi…

Mungkin karena Indonesia  terdiri atas 17 ribu lebih pulau – jadi sulit mikir tingkat benua, cara mikirnya ikut-ikut fragmented…..Perbedaan  kultur, kepercayaan, ras, bahasa yang begitu beragam – sering jadi masalah ketimbang digunakan sebagai aset . Apalagi, sebagian orang kurang open minded tentang keragaman keimanan, kepercayaan, tradisi dan budaya bangsa yang sebetulnya sudah melekat pada bangsa ini ratusan – mungkin ribuan tahun... Keindahan alam dan peninggalan-peninggalan bersejarah di pelosok-pelosok  negeri banyak banget dan tak ternilai, tapi kurang dikenal oleh bangsa kita sendiri dan tidak dirawat … Padahal ini bukti nyata bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berbudaya tinggi..Berkah Tuhan  berupa keindahan alam dan keragaman hayati demikian berlimpah di bumi Indonesia.Tinggal bagaimana memanfaatkan dan mengelola semua ini untuk kepentingan bersama..

DAN, bukan ATAU

Kembali ke judul tulisan ini, No 1 DAN No 2. DAN.. Presidennya nanti tentu saja cuma satu. Maksud saya dan saya yakin banyak yang sependapat dengan saya ialah, kalau no 1 menang, no 2 dan pendukungnya mesti legowo dan tetap membantu. Demikian juga kalau no 2 yang menang, no 1 dan pendukungnya berbesar hati, berkontribusi dan senantiasa fokus membangun bangsa dan Negara.

No 1 dan no 2 dua-duanya orang hebat, kalau enggak mana mungkin pendukungnya banyak gitu…Kesalahan dan kelemahan? Pasti dua-duanya punya.. Namun mereka aset bangsa yang luar biasa dengan segala kelebihan dan kekurangannya sebagai manusia. Kalau no 1 DAN no 2 beserta pendukungnya bekerjasama– bangsa Indonesia pasti maju lebih pesat lagi.

Selamat berpuasa bagi yang menunaikan, dan selamat memilih Indonesia! Mengutip Ellen DeGeneres: be kind to each other…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun