Karakteristik siswa modern ini adalah rasa ingin tahu yang tinggi dan ketertarikan pada metode belajar yang interaktif, seperti video pembelajaran, simulasi digital, atau diskusi kelompok yang melibatkan teknologi. Mereka lebih menikmati belajar secara visual dan praktis dibandingkan dengan metode ceramah yang pasif.
Kemajuan teknologi telah mengubah cara siswa belajar dan berkomunikasi, bahkan membentuk kebiasaan mereka dalam mencari informasi. Platform digital seperti YouTube, Wikipedia, dan aplikasi pendidikan interaktif lainnya menjadi alat utama yang mendukung proses belajar mereka di luar jam sekolah.Â
Selain itu, media sosial memungkinkan siswa untuk terhubung dengan teman sebaya atau bahkan para ahli di bidang tertentu, membentuk jaringan pembelajaran yang dinamis dan kolaboratif. Dengan ini, kebutuhan belajar mereka semakin berkembang, membutuhkan dukungan metode yang tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga merangsang rasa ingin tahu dan kreativitas mereka.
Guru yang Statis dan Metode Pengajaran Konvensional
Sebaliknya, metode pengajaran konvensional yang masih banyak digunakan oleh beberapa guru cenderung bersifat statis dan berpusat pada guru sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Dalam metode ini, guru biasanya mendominasi jalannya kelas dengan ceramah panjang yang minim interaksi, tanpa banyak melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar.
 Pendekatan seperti ini cenderung monoton, sering kali hanya berfokus pada hafalan dan pemahaman teori tanpa mencoba menghubungkannya dengan aplikasi praktis atau kehidupan sehari-hari. Selain itu, penggunaan teknologi dalam metode pengajaran konvensional ini umumnya sangat terbatas, sehingga membuat pembelajaran terasa kaku dan kurang fleksibel.
Baca jugaa; Guru Masa Kini: Lebih dari Sekadar Pengajar, Menjadi Fasilitator di Era Merdeka Belajar
Dampak dari pendekatan yang statis ini adalah munculnya kejenuhan di kalangan siswa. Mereka menjadi pasif, kurang termotivasi, dan minim keterlibatan dalam proses belajar, karena tidak ada ruang bagi mereka untuk bereksplorasi atau mengajukan pertanyaan kritis.Â
Hal ini memperbesar kesenjangan antara metode pengajaran dan kebutuhan siswa yang dinamis, yang mengharapkan lebih banyak interaksi dan variasi dalam belajar. Akibatnya, banyak siswa yang merasa kurang terfasilitasi dan sulit memahami materi secara mendalam, yang akhirnya menghambat potensi mereka untuk berkembang di era yang menuntut kreativitas dan inovasi.
Mengapa Ketidaksesuaian Ini Menjadi Masalah?
Ketidaksesuaian antara kebutuhan siswa yang dinamis dan pendekatan pengajaran guru yang masih statis menjadi masalah serius dalam pendidikan modern. Siswa masa kini membutuhkan metode pembelajaran yang interaktif dan menantang, yang mampu melatih keterampilan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah.Â
Namun, pendekatan konvensional yang berpusat pada guru dan minim interaksi membuat banyak siswa merasa kurang terfasilitasi dalam mengasah potensi mereka. Hal ini mengakibatkan siswa merasa terbelenggu dan terbatas dalam mengembangkan kreativitas serta keterampilan yang relevan dengan perkembangan zaman.
Dampaknya tidak hanya terasa dalam waktu dekat, tetapi juga dapat berdampak jangka panjang pada masa depan siswa. Ketika minat belajar mereka mulai memudar akibat metode yang kurang menarik, mereka akan kesulitan mengikuti perkembangan pengetahuan yang semakin cepat dan kompleks.