Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menghidupkan Literasi, Peran Guru Penulis di Era Digital

1 Agustus 2024   20:14 Diperbarui: 2 Agustus 2024   07:06 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Literasi adalah jembatan dari kesengsaraan menuju harapan. Ini adalah alat untuk kehidupan sehari-hari dalam masyarakat modern." -- Kofi Annan

Kutipan dari mantan Sekjen PBB dan penerima Nobel Perdamaian, Kofi Annan, mengingatkan kita tentang pentingnya literasi dalam kehidupan modern yang sudah tidak dapat diragukan lagi. 

Dalam era informasi saat ini, kemampuan untuk membaca, menulis, dan memahami informasi menjadi kunci untuk mengakses pengetahuan dan berpartisipasi dalam masyarakat. 

Literasi tidak hanya tentang menguasai alfabet, tetapi juga tentang kemampuan kritis untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menyintesis informasi dari berbagai sumber. 

Dengan literasi yang kuat, seseorang dapat membuat keputusan yang lebih baik, memecahkan masalah kompleks, dan berkontribusi secara positif dalam berbagai aspek kehidupan. 

Oleh karena itu, peran literasi dalam membentuk individu yang berpengetahuan dan berdaya adalah sangat penting, dan upaya untuk meningkatkan literasi harus ditingkatkan di semua tingkatan masyarakat.

Dalam dunia yang semakin terhubung ini, literasi digital menjadi kunci untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya. Ini melibatkan keterampilan untuk memilah informasi yang valid dari yang tidak valid di internet, menafsirkan data yang kompleks, dan memahami implikasi etis dan moral dari penggunaan teknologi. 

Selain itu, literasi digital juga mencakup kemampuan untuk berkolaborasi secara online, mengelola identitas digital, dan menggunakan alat-alat digital untuk menciptakan konten yang bermakna dan relevan.

Dengan memahami dan menguasai literasi digital, individu dapat menjadi peserta aktif dalam masyarakat yang semakin terhubung, serta mempersiapkan diri untuk sukses dalam berbagai bidang kehidupan di era digital ini. 

Lalu bagaimana pendidikan berperan dalam menghidupkan literasi? Pastinya guru sebagai garda terdepan pendidikan memiliki peran yang strategis.

Peran Guru dalam Menghidupkan Literasi di Era Digital

Peran guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam meningkatkan literasi tidak terbatas pada subjek tertentu, tetapi mencakup semua mata pelajaran. 

Sebagai fasilitator pembelajaran, guru tidak hanya bertanggung jawab atas penguasaan materi kurikuler, tetapi juga memiliki tanggung jawab yang signifikan dalam mengajarkan keterampilan literasi yang diperlukan untuk berhasil dalam masyarakat yang semakin terhubung secara digital. 

Dengan demikian, pembahasan tentang peran guru dalam menghidupkan literasi di era digital juga relevan dan berlaku luas untuk semua mata pelajaran karena literasi bukan hanya milik mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris saja.

Dalam menghidupkan literasi di era digital, peran guru menjadi krusial dalam membimbing siswa melalui lanskap yang terus berkembang ini. Guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai role model yang memberikan inspirasi dan arahan dalam menggunakan teknologi secara bertanggung jawab serta mengembangkan keterampilan literasi digital. 

Guru juga berperan sebagai fasilitator dalam memperluas wawasan siswa tentang beragam jenis teks digital, mulai dari artikel online hingga media sosial, dan membimbing mereka dalam memahami konteks dan tujuan dari setiap bentuk teks tersebut.

Dengan memberikan dukungan yang berkelanjutan dan mempromosikan keterlibatan aktif siswa dalam praktik literasi digital, guru membantu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan keterampilan literasi yang relevan dan berkelanjutan di era digital ini. 

Oleh karena itu, peran guru dalam menghidupkan literasi sangatlah penting. Berikut adalah beberapa peran kunci yang dimainkan oleh guru dalam memperkuat literasi di era digital:

Mentor dan Model. Guru adalah contoh utama bagi siswa dalam hal literasi. Guru harus menjadi pembaca dan penulis yang bersemangat, menunjukkan praktik-praktik literasi yang baik, seperti membaca secara teratur dan menulis dengan tujuan yang jelas. Dengan menjadi model yang positif, guru memotivasi siswa untuk mengembangkan kebiasaan membaca dan menulis yang sehat.

Mengajar Keterampilan Literasi Digital. Guru harus mengajarkan siswa tentang keterampilan literasi digital, termasuk bagaimana menyaring informasi online, mengevaluasi keandalan sumber daya digital, dan menggunakan media sosial dengan bijak. Guru juga dapat mengajarkan siswa tentang hak cipta, privasi online, dan etika digital.
 
Integrasi Teknologi dalam Pembelajaran. 
Guru dapat menggunakan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan literasi siswa. Guru dapat menggunakan platform pembelajaran online, perangkat lunak penulisan, blog, atau media sosial untuk memberikan siswa kesempatan untuk menulis secara teratur dan menerima umpan balik yang membangun.

Merancang Pembelajaran yang Relevan dan Menarik. Guru perlu merancang pengalaman pembelajaran yang menarik dan relevan bagi siswa di era digital. Ini dapat mencakup proyek- proyek penulisan kreatif, penugasan penelitian online, atau diskusi tentang isu-isu yang relevan dengan dunia mereka.

Memfasilitasi Kolaborasi dan Keterlibatan. Guru dapat memfasilitasi kolaborasi antara siswa melalui proyek-proyek penulisan bersama, klub buku online, atau forum diskusi digital. Dengan mendorong keterlibatan aktif siswa dalam komunitas literasi, guru membantu mereka mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan berkomunikasi efektif.

Memberikan Umpan Balik yang Konstruktif. Guru memiliki peran penting dalam memberikan umpan balik yang membantu siswa meningkatkan keterampilan menulis mereka. Ini dapat dilakukan melalui konferensi satu lawan satu, revisi kelompok, atau komentar tertulis pada karya-karya siswa. Umpan balik yang baik membantu siswa memahami kekuatan dan kelemahan tulisan mereka dan meningkatkan keterampilan mereka dari waktu ke waktu.

Mendorong Keberagaman Literasi. Guru harus mengakui dan menghargai keberagaman dalam literasi siswa. Guru harus menyediakan bahan bacaan yang beragam dan menyesuaikan pendekatan pembelajaran mereka sesuai dengan gaya dan minat belajar individu siswa.

Melalui peran-peran ini, guru dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam menghidupkan literasi di era digital, membantu siswa menjadi pembaca dan penulis yang kompeten, kritis, dan kreatif dalam dunia yang semakin terhubung secara digital. 

Guru juga dapat meningkatkan kualitas diri melalui karier protean sebagai penulis dengan tujuan untuk terus menghidupkan literasi dan mempertahankan peran sebagai pendidik yang efektif di era digital.

Konsep Karir Protean Guru

Sebagian dari kita mungkin masih ada yang belum tahu apa itu karier protean. Konsep karir protean muncul pada tahun 1976 pada buku yang berjudul “Careers in Organizations” karya Douglas T. Hall. 

Karir protean atau protean career adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan karir yang dikembangkan oleh individu, tanpa tergantung pada perusahaan atau organisasi. 

Kata “protean” dalam istilah karir protean diambil dari bahasa Yunani “Proteus” yang berarti Dewa Laut yang dapat berubah ke bentuk apapun yang diinginkan.

Karier protean merupakan konsep yang mencerminkan fleksibilitas, adaptabilitas, dan pencarian makna dalam lintasan karier seseorang. 

Dalam konteks guru, teori ini memiliki kaitan yang kuat karena guru perlu terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam pendidikan, termasuk perkembangan teknologi dan tuntutan literasi yang semakin kompleks.

Pertama, guru yang menganut pendekatan karier protean cenderung memandang kariernya sebagai sebuah perjalanan yang dinamis, di mana guru terus belajar dan berkembang sepanjang hidup. Guru tidak hanya fokus pada pencapaian tertentu dalam kariernya, tetapi juga pada pengembangan keterampilan dan pengetahuan yang memungkinkannya untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan kerja.

Kedua, konsep karier protean mendorong guru untuk mengambil inisiatif dalam mengelola karier dan pengembangan profesional. Guru mungkin mencari peluang untuk belajar dan tumbuh di luar batas-batas tradisional pendidikan formal, seperti menghadiri seminar, mengikuti kursus daring, atau berpartisipasi dalam komunitas belajar profesional.

Ketiga, guru yang memiliki karier protean cenderung memiliki portofolio keterampilan yang beragam dan fleksibel. Guru tidak hanya mengandalkan keterampilan pengajaran konvensional, tetapi juga memperluas kompetensinya ke dalam bidang seperti literasi digital, teknologi pendidikan, dan keterampilan komunikasi yang luas.

Dalam konteks literasi, guru dengan karier protean dapat lebih mudah menyesuaikan pendekatan pengajarannya dengan perkembangan baru dalam literasi, termasuk literasi digital. Guru mungkin lebih terbuka terhadap penggunaan teknologi dalam pembelajaran, serta lebih mampu mengintegrasikan aspek-aspek literasi yang relevan dengan konten pembelajarannya.
 
Konsep karier protean bagi guru menunjukkan fleksibilitas yang tinggi, dimana guru dapat menjelajahi berbagai peran atau bidang tanpa terikat oleh struktur lembaga. Sehingga guru dapat mengembangkan karier sesuai dengan aspirasi pribadinya tanpa meninggalkan tanggung jawab inti sebagai pendidik.

Menulis dan Menjadi Agen Perubahan di Era Digital

Memilih menjadi penulis sebagai karier protean adalah langkah yang tepat bagi seorang guru yang ingin tetap relevan dan efektif dalam menghidupkan literasi di era digital. 

Karier guru tidak berhenti pada level Kepala Sekolah atau Pengawas Sekolah saja. Banyak pilihan karier yang bisa dijalani oleh guru, salah satunya menjadi penulis. 

Sebagai penulis, guru memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan literasinya sendiri, serta memperluas wawasan tentang berbagai bentuk tulisan dan media digital. Hal ini memungkinkannya untuk mengintegrasikan praktik literasi yang beragam ke dalam pengajaran, menciptakan lingkungan belajar yang menantang dan memperkaya bagi siswa.

Sebagai penulis, guru juga memiliki platform yang luas untuk berbagi ide, pengetahuan, dan pengalamannya dengan audiens yang lebih luas, termasuk sesama pendidik, siswa, dan masyarakat umum. 

Dengan memanfaatkan blog pribadi, jejaring sosial, atau publikasi profesional, guru dapat memberikan inspirasi dan motivasi untuk meningkatkan literasi di semua tingkatan.

Dalam menjalani karier protean sebagai penulis, guru tidak hanya mengembangkan diri secara profesional, tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam mempertahankan relevansi literasi di era digital. 

Dengan mengadopsi peran penulis, guru memperluas pengaruhnya sebagai agen perubahan dalam pendidikan, tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di ranah online dan masyarakat secara luas. 

Melalui karya tulis, guru tidak hanya menyalurkan pengetahuan dan pengalaman, tetapi juga membangun komunitas pembelajaran yang berkelanjutan.

Selain itu, menjadi penulis memungkinkan guru untuk menjadi role model bagi siswa dalam hal pentingnya literasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menunjukkan komitmen terhadap penulisan dan pembelajaran seumur hidup, guru dapat membimbing siswa dalam mengembangkan minat dan keterampilan literasi, serta memperkuat kepercayaan diri sebagai pembaca dan penulis.
 
Lebih jauh lagi, karier protean sebagai penulis memungkinkan guru untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam pendidikan dan teknologi. 

Selain menghasilkan nilai tambah secara ekonomi dari hasil menulis, guru dapat terus belajar dan mengeksplorasi berbagai genre dan format tulisan, serta memperdalam pemahaman tentang praktik literasi yang relevan dalam era digital ini.

Dengan demikian, memilih menjadi penulis sebagai karier protean adalah strategi yang tepat dan menjadikan investasi yang berharga bagi guru untuk terus berkembang sebagai pendidik dan pemimpin literasi, serta memberikan kontribusi yang berarti dalam membentuk generasi yang terampil dan terampil dalam membaca, menulis, dan berpikir secara kritis di dunia yang semakin terhubung secara digital.

Kesimpulannya, menulis bukan hanya suatu kegiatan, melainkan sebuah investasi yang berdampak dalam pembangunan pribadi dan masyarakat. Menulis memberikan dorongan untuk meningkatkan literasi, dan mengembangkan keterampilan menulis dapat menjadi kunci untuk menciptakan dunia yang lebih baik serta lebih berpengetahuan sesuai zamannya. Menulis adalah membangun legacy.

Sebagai penutup, mengutip kalimat inspiratif dari sastrawan Indonesia – Pramudya Ananta Toer, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun