Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator in SMA Sugar Group

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat dan bercita² menghasilkan karya buku solo melalui penerbit mayor. (Learning facilitator di Sugar Group Schools sejak 2009, SMA Lazuardi 2000-2008; Guru Penggerak Angkatan 5; Pembicara Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara ke 9; Pemenang Terbaik Kategori Guru Inovatif SMA Tingkat Provinsi-Apresiasi GTK HGN 2023; Menulis Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi"; Buku Antologi "Pelita Kegelapan"; Menulis di kolom Kompas.com; Juara II Lomba Opini Menyikapi Urbanisasi ke Jakarta Setelah Lebaran yang diselenggarakan Komunitas Kompasianer Jakarta)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mewujudkan Slow Living di Saat Pensiun dengan Menjadi Urban Farmer

16 Juni 2024   22:06 Diperbarui: 16 Juni 2024   22:24 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pensiunan Perwira Tinggi TNI AD Menyulap Lahan Menjadi Taman Urban Farming (Ayobandung.com/Kavin Faza) 

Menghabiskan masa pensiun dengan kegiatan santai bertanam di halaman rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menyehatkan adalah impian saya dan mungkin juga sebagian orang.

Masa pensiun adalah babak baru dalam kehidupan yang menawarkan kesempatan untuk memperlambat ritme dan menikmati setiap momen dengan lebih bermakna. Konsep slow living, yang menekankan pada kesederhanaan dan kesadaran penuh terhadap setiap aktivitas, menjadi sangat relevan bagi mereka yang ingin menjalani masa pensiun dengan bahagia dan sehat. 

Salah satu cara yang efektif untuk mengintegrasikan prinsip slow living dalam kehidupan sehari-hari adalah melalui urban farming. Urban farming, atau pertanian perkotaan, tidak hanya memberikan manfaat fisik dan mental, tetapi juga menciptakan rasa pencapaian dan koneksi yang lebih erat dengan alam. 

Artikel ini akan membahas bagaimana memulai urban farming sebagai bagian dari gaya hidup slow living, memberikan panduan langkah demi langkah untuk membantu pensiunan menikmati masa pensiun mereka dengan lebih bahagia dan bermakna.

Memahami Konsep Urban Farming

Apa Itu Urban Farming?

Urban farming, atau pertanian perkotaan, adalah praktik menanam dan memanen tanaman serta memelihara hewan di lingkungan perkotaan. Berbeda dengan pertanian tradisional yang membutuhkan lahan luas di pedesaan, urban farming memanfaatkan ruang-ruang kecil seperti balkon, atap, halaman belakang, dan bahkan dinding untuk menumbuhkan tanaman.

 Beberapa bentuk umum dari urban farming meliputi kebun vertikal, rooftop gardens, hidroponik, dan aquaponik. Praktik ini tidak hanya memungkinkan warga kota untuk menumbuhkan sebagian kebutuhan pangan mereka sendiri, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan dengan mengurangi jejak karbon dan mengoptimalkan penggunaan lahan terbatas.

Manfaat Urban Farming untuk Pensiunan

Bagi pensiunan, urban farming menawarkan berbagai manfaat yang dapat meningkatkan kualitas hidup. Secara fisik, aktivitas bercocok tanam membantu menjaga kebugaran dan kesehatan dengan cara yang menyenangkan dan tidak terlalu menuntut. Selain itu, urban farming memberikan manfaat mental yang signifikan. 

Proses merawat tanaman dan melihatnya tumbuh dapat memberikan rasa pencapaian dan kepuasan yang mendalam. Aktivitas ini juga berfungsi sebagai terapi alami, mengurangi stres dan kecemasan dengan cara yang menenangkan. 

Selain itu, urban farming mendorong keterlibatan sosial, karena banyak pensiunan menemukan komunitas baru dan memperluas jaringan sosial mereka melalui kegiatan bercocok tanam bersama. Dengan demikian, urban farming tidak hanya menjadi hobi yang bermanfaat, tetapi juga sarana untuk hidup lebih bahagia dan bermakna di masa pensiun.

Langkah-Langkah Memulai Urban Farming

Memulai urban farming di masa pensiun bisa menjadi proyek yang menyenangkan dan bermanfaat. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diikuti untuk memulai perjalanan ini:

Perencanaan Awal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun