Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator in SMA Sugar Group

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat dan bercita² menghasilkan karya buku solo melalui penerbit mayor. (Learning facilitator di Sugar Group Schools sejak 2009, SMA Lazuardi 2000-2008; Guru Penggerak Angkatan 5; Pembicara Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara ke 9; Pemenang Terbaik Kategori Guru Inovatif SMA Tingkat Provinsi-Apresiasi GTK HGN 2023; Menulis Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi"; Buku Antologi "Pelita Kegelapan"; Menulis di kolom Kompas.com; Juara II Lomba Opini Menyikapi Urbanisasi ke Jakarta Setelah Lebaran yang diselenggarakan Komunitas Kompasianer Jakarta)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

ART Bukan Satu-satunya Solusi, Bagaimana dengan Transportasi Berbasis Komunitas?

13 Juni 2024   19:33 Diperbarui: 18 Juni 2024   20:26 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ART di China (sumber: chinadaily.com.cn)

Dalam beberapa dekade terakhir, transportasi menjadi salah satu isu utama di Indonesia, terutama di kota-kota besar yang menghadapi masalah kemacetan parah, polusi udara, dan ketidakefisienan waktu. Salah satu solusi yang sering diusulkan untuk mengatasi masalah ini adalah pengembangan sistem transportasi otomatis atau Autonomous-rail rapid transit  (ART). ART menawarkan banyak manfaat, termasuk pengurangan kemacetan, peningkatan keselamatan, dan pengurangan emisi karbon. Namun, meskipun teknologi ART memiliki potensi besar, penting untuk memahami bahwa ART bukanlah satu-satunya solusi untuk masalah transportasi di Indonesia. Ada pendekatan lain yang mungkin lebih cocok dengan kondisi dan budaya lokal, yaitu transportasi berbasis komunitas.

Keunggulan dan Tantangan ART di Indonesia

ART, atau transportasi kereta otomatis, memiliki banyak keuntungan yang menarik. Sistem ini dapat beroperasi tanpa pengemudi, yang mengurangi risiko human error dan meningkatkan efisiensi operasional. Selain itu, ART dapat diintegrasikan dengan teknologi pintar untuk memantau dan mengoptimalkan jalur perjalanan secara real-time, mengurangi waktu tunggu dan memperbaiki ketepatan waktu. Namun, implementasi ART di Indonesia tidak lepas dari tantangan. 

Pertama, biaya investasi yang tinggi menjadi hambatan utama. Pembangunan infrastruktur kereta otomatis memerlukan dana yang besar, baik untuk konstruksi jalur kereta, pembelian kereta, maupun pengembangan teknologi pendukung. Dengan kondisi ekonomi Indonesia yang masih berkembang, pembiayaan proyek besar seperti ini bisa menjadi beban.

Kedua, masalah teknis dan operasional juga perlu diperhatikan. Indonesia adalah negara kepulauan dengan topografi yang beragam, sehingga pembangunan jalur kereta yang efisien dan menyeluruh bisa sangat menantang. Selain itu, perawatan dan pengelolaan teknologi canggih ini memerlukan keahlian khusus yang mungkin belum banyak tersedia di dalam negeri.

Ketiga, adaptasi budaya dan sosial juga menjadi faktor penting. Pengguna transportasi di Indonesia memiliki kebiasaan dan preferensi yang berbeda-beda, tergantung pada latar belakang budaya, ekonomi, dan geografis mereka. Oleh karena itu, solusi transportasi yang berhasil di negara lain belum tentu dapat diterapkan secara langsung di Indonesia.

Transportasi Berbasis Komunitas

Transportasi berbasis komunitas mungkin menawarkan solusi alternatif yang lebih sesuai dengan kondisi dan budaya Indonesia. Konsep ini mengutamakan partisipasi aktif dari masyarakat dalam merancang dan mengelola sistem transportasi yang sesuai dengan kebutuhan lokal. Berikut adalah beberapa contoh transportasi berbasis komunitas yang dapat menjadi solusi efektif di Indonesia:

Sepeda dan Transportasi Non-Motorized. Meningkatkan infrastruktur untuk sepeda dan pejalan kaki dapat mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor, mengurangi polusi, dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Beberapa kota di Indonesia, seperti Yogyakarta dan Bandung, telah mulai mengembangkan jalur sepeda dan program bike-sharing berbasis komunitas. Inisiatif ini dapat diperluas dan disesuaikan dengan kondisi lokal di berbagai daerah. Namun saat ini beberapa daerah yang sudah mencoba program ini mengalami kendala seperti rusaknya sepeda yang dipergunakan karena tidak terawat dan juga pengguna yang belum bisa bekerja sama untuk menjaga fasilitas yang disediakan. 

Bike-Share in St. Paul, Minnesota; Flickr User Taestall; Licensed via Creative Commons
Bike-Share in St. Paul, Minnesota; Flickr User Taestall; Licensed via Creative Commons

Carpooling dan Ride-Sharing Berbasis Komunitas. Penggunaan teknologi untuk mendukung carpooling dan ride-sharing dapat mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan dan meningkatkan efisiensi perjalanan. Platform berbasis komunitas yang memungkinkan warga untuk berbagi tumpangan secara terorganisir dapat membantu mengurangi kemacetan dan emisi karbon. Program seperti ini juga mendorong interaksi sosial dan solidaritas antar warga.

Carpooling (sumber: accept.aseanenergy.org)
Carpooling (sumber: accept.aseanenergy.org)

Keuntungan Transportasi Berbasis Komunitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun