Saya generasi anak-anak yang tumbuh di era 80-an di daerah Depok dan Jakarta sempat merasakan jajanan legendaris sate kikil yang murah meriah saat itu. Â Sate kikil, jajanan khas anak sekolah dasar yang legendaris, pernah menjadi primadona di kalangan anak-anak dengan cita rasa kenyal dan bumbu kacang yang menggugah selera. Di masa lalu, terutama pada era 80-an dan 90-an, jajanan sate kikil menjadi salah satu primadona di kalangan anak-anak sekolah dasar (SD). Setiap kali jam istirahat tiba, gerobak penjual sate kikil selalu diserbu oleh para siswa yang tak sabar mencicipi lezatnya makanan murah meriah ini. Sate kikil, dengan rasa kenyal dan bumbu kacang yang gurih, selalu menjadi pilihan utama saat jam istirahat atau setelah pulang sekolah.Â
Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan munculnya tren kuliner modern, popularitas sate kikil mulai meredup. Kini, jajanan tradisional tersebut harus bersaing dengan berbagai makanan kekinian yang menawarkan variasi rasa, bentuk, dan penyajian yang lebih menarik. Bahkan beberapa waktu lalu ketika saya tanya adik saya yang saat ini masih memiliki 5 anak usia TK-SMP yang bersekolah di Depok dan Jakarta, dia sudah tidak menemukan lagi pedagang sate kikil yang legend itu. Bahkan saat ini pedagang makanan SD sudah lebih banyak diisi dengan makanan kekinian seperti takoyaki, cilok, seblak, bakaran, dan lainnya. Fenomena ini tidak hanya menggambarkan perubahan selera generasi muda, tetapi juga menandai pergeseran dalam budaya kuliner di lingkungan sekolah dasar.
Sate Kikil: Kelezatan di Masa Kecil
Sate kikil adalah jajanan yang terbuat dari potongan kikil (bagian dari kaki sapi yang kenyal) yang ditusuk menggunakan tusuk sate. Kikil tersebut kemudian dibakar dan disajikan dengan bumbu kacang yang khas. Sensasi kenyal dari kikil yang berpadu dengan gurihnya bumbu kacang membuat sate kikil menjadi jajanan yang tak terlupakan bagi banyak anak SD pada masanya.
Selain rasanya yang lezat, harga sate kikil yang terjangkau menjadikannya jajanan favorit anak-anak dari berbagai kalangan. Penjual sate kikil sering ditemukan di depan sekolah-sekolah dasar, di pasar, atau bahkan di lingkungan perumahan. Biasanya penjual membawa gerobak atau dipanggul dengan gerobak sederhana untuk bisa dibawa keliling kampung.
Makanan Kekinian Menggantikan Sate Kikil
Namun, perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup turut mengubah selera dan pilihan jajanan anak-anak. Munculnya aneka makanan kekinian dengan variasi yang lebih beragam dan tampilan yang lebih menarik mulai menggeser popularitas jajanan tradisional seperti sate kikil. Beberapa makanan kekinian yang kini banyak digemari antara lain:
- Sosis Bakar dan Nugget: Jajanan ini menawarkan rasa yang familiar dan mudah diterima oleh lidah anak-anak. Dengan tambahan saus yang beragam, sosis bakar dan nugget menjadi alternatif yang menarik.
- Cilok dan Cireng: Kedua jajanan ini berasal dari aci (tepung tapioka) yang diolah menjadi bentuk bulat (cilok) atau gorengan (cireng). Dengan tambahan bumbu kacang atau saus pedas, cilok dan cireng menjadi sangat populer di kalangan anak-anak.
- Takoyaki dan Okonomiyaki: Jajanan khas Jepang ini mulai merambah sekolah-sekolah dengan rasa dan tampilannya yang eksotis. Takoyaki, bola-bola tepung berisi gurita, dan okonomiyaki, pancake dengan aneka topping, menawarkan pengalaman baru bagi anak-anak.
- Boba dan Minuman Kekinian: Minuman dengan tambahan bola tapioka atau boba juga menjadi favorit baru. Minuman kekinian ini tidak hanya menyegarkan, tetapi juga menyajikan sensasi unik yang disukai anak-anak.
Melestarikan Sate Kikil
Melestarikan sate kikil sebagai salah satu jajanan legendaris anak SD adalah upaya penting untuk menjaga kekayaan kuliner Indonesia. Meski popularitasnya mulai tergeser oleh aneka makanan kekinian, sate kikil memiliki nilai budaya dan nostalgia yang tak tergantikan. Untuk melestarikan jajanan ini, ada beberapa langkah yang dapat diambil.
Pertama, inovasi dalam penyajian dan pemasaran dapat membuat sate kikil tetap menarik bagi generasi muda. Misalnya, dengan menghadirkan variasi rasa yang lebih modern atau kemasan yang lebih menarik. Kedua, edukasi dan promosi tentang pentingnya menjaga warisan kuliner dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama anak-anak dan remaja, mengenai nilai historis dan budaya sate kikil.
Selain itu, peran media sosial juga sangat vital dalam melestarikan sate kikil. Melalui platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, kita dapat memperkenalkan kembali sate kikil dengan cara yang kreatif dan menarik. Cerita-cerita tentang kenangan masa kecil yang terkait dengan jajanan ini dapat menggugah minat dan rasa ingin tahu generasi muda.
Terakhir, kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan komunitas kuliner dapat memperkuat upaya pelestarian. Festival kuliner, bazar makanan, dan program edukasi di sekolah-sekolah dapat menjadi ajang untuk mengenalkan dan mengapresiasi sate kikil. Dengan dukungan berbagai pihak, sate kikil dapat tetap menjadi bagian penting dari warisan kuliner kita, menjaga kenangan manis masa kecil dan memperkaya keberagaman rasa Indonesia.