Melansir dari gramedia.com, menurut sebuah survei yang telah dilakukan oleh Russ and Crews pada tahun 2014, ketika tengah melakukan perilaku multitasking ini, rata-rata dari mereka membutuhkan waktu sekitar 9,28 menit untuk beralih lagi dari tugas sampingan ke tugas utama. Menurut Salvucci dan Tangen, perilaku multitasking ini memang dapat membantu dan meningkatkan produktivitas manusia supaya lebih efisien dan efektif. Apalagi jika jumlah tugas atau pekerjaan tersebut lebih dari dua dan harus diselesaikan pada waktu itu juga. Sayangnya, perilaku ini justru sangat berpengaruh pada kemampuan memori manusia.
Dalam era modern yang dipenuhi dengan teknologi canggih dan tuntutan produktivitas yang terus meningkat, praktik multitasking telah menjadi norma yang lazim. Namun, dibalik kesan efisiensi yang mungkin tercipta, fakta ilmiah menunjukkan bahwa multitasking sebenarnya dapat merugikan produktivitas dan kualitas kerja seseorang. Fenomena ini tidak hanya memengaruhi individu secara pribadi, tetapi juga memiliki dampak yang signifikan pada tingkat organisasi dan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Mari gali lebih dalam dampak negatif multitasking terhadap produktivitas kerja dan bagaimana pendekatan task switching sebagai solusi yang lebih efektif untuk meningkatkan kinerja dan kualitas kerja. Dengan memahami konsekuensi multitasking dan mengadopsi pendekatan yang lebih terfokus dalam lingkungan kerja, individu dan organisasi dapat mencapai hasil yang lebih optimal dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif.
Multitasking: Mitos vs Realitas
Multitasking telah menjadi istilah yang sering diucapkan dalam dunia modern, dianggap sebagai keterampilan yang vital untuk mengatasi tuntutan pekerjaan yang kompleks dan dinamis. Namun, di balik popularitasnya, penting untuk memahami perbedaan antara mitos dan realitas seputar multitasking.
Secara umum, multitasking merujuk pada kemampuan untuk melakukan beberapa tugas secara bersamaan atau beralih antara tugas-tugas yang berbeda dengan cepat. Persepsi umum tentang multitasking sering kali positif, dianggap sebagai indikator efisiensi dan kemampuan mengelola waktu dengan baik.
Namun, penelitian ilmiah mengungkapkan bahwa otak sebenarnya tidak dirancang untuk melakukan multitasking secara efektif. Ketika seseorang beralih antara tugas-tugas yang berbeda, otak harus menyesuaikan diri dengan perubahan fokus, yang memerlukan waktu dan energi tambahan.
Dengan demikian, meskipun mungkin terlihat efisien, multitasking sebenarnya dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan kualitas kerja.
Salah satu mitos yang sering terkait dengan multitasking adalah keyakinan bahwa dapat meningkatkan produktivitas secara signifikan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa kinerja seseorang cenderung menurun ketika mereka terlibat dalam multitasking, karena pembagian perhatian dan fokus yang berkurang.
Oleh karena itu, penting untuk memahami realitas ilmiah di balik multitasking dan mengadopsi pendekatan yang lebih terfokus, seperti task switching, untuk meningkatkan efektivitas kerja secara keseluruhan.
Dampak Negatif Multitasking
Pertama, multitasking sering kali menyebabkan penurunan kualitas pekerjaan.