Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hati-Hati Memberi Label Siswa Nakal! Coba Adaptasi Penerapan Teori Maslow di Sekolah

17 Mei 2024   10:28 Diperbarui: 17 Mei 2024   10:44 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi siswa tidak termotivasi (sumber: edweek.org)

Kebutuhan sosial meliputi cinta, rasa memiliki, dan hubungan sosial. Sekolah dapat mendorong interaksi positif antara siswa, guru, dan staf. Ini dapat dilakukan melalui kegiatan kelompok, klub, dan program mentoring. Menciptakan budaya inklusif di mana setiap siswa merasa dihargai dan diterima adalah kunci untuk memenuhi kebutuhan ini.

Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs).

Kebutuhan penghargaan mencakup harga diri, penghargaan dari orang lain, dan pencapaian. Sekolah berperan memberikan pengakuan atas prestasi dan usaha siswa. Ini dapat berupa penghargaan akademik, penghargaan non-akademik, dan umpan balik positif. Membangun rasa percaya diri siswa melalui pujian yang tulus dan membangun adalah bagian dari memenuhi kebutuhan ini.

Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs).

Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk mencapai potensi penuh seseorang dan melakukan hal-hal yang mereka anggap bermakna. Sekolah harus menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka. Ini bisa melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler, program pembelajaran yang menantang, dan dukungan dalam pengembangan keterampilan individu. Mendorong siswa untuk bermimpi besar dan membantu mereka mencapai tujuan pribadi mereka adalah inti dari memenuhi kebutuhan ini.

Dengan memenuhi kelima kebutuhan dasar ini, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan holistik siswa dan membangun budaya positif yang berkelanjutan. Budaya positif di sekolah adalah lingkungan di mana siswa merasa dihargai, didukung, dan diberdayakan untuk mencapai potensi terbaik mereka. 

Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk berhati-hati dalam memberikan label dan lebih fokus pada memahami serta memenuhi kebutuhan dasar siswa untuk mendukung perkembangan positif mereka. Semua ini perlu dukungan dari berbagai pihak, tidak bisa dilimpahkan sepenuhnya pada guru atau sekolah saja. Menciptakan budaya positif di sekolah merupakan usaha kolektif yang melibatkan berbagai pihak. Setiap individu dalam komunitas sekolah memiliki peran penting dalam memastikan lingkungan yang mendukung perkembangan siswa secara holistik

ilustrasi siswa bahagia (Photo by Africa Studio from shutterstock.com )
ilustrasi siswa bahagia (Photo by Africa Studio from shutterstock.com )
Siapa Saja yang Terlibat dalam Menciptakan Budaya Positif di Sekolah?

Guru.

Guru berperan sebagai fasilitator utama dalam menciptakan suasana kelas yang inklusif dan mendukung. Mereka tidak hanya mengajar mata pelajaran tetapi juga mendidik nilai-nilai, memberikan bimbingan, dan mendukung kebutuhan emosional siswa. Caranya dengan menerapkan metode pengajaran yang inklusif, memberikan pujian dan umpan balik konstruktif, serta mengembangkan hubungan positif dengan siswa.

Kepala Sekolah dan Administrasi.

Pemimpin sekolah bertanggung jawab untuk menetapkan visi dan kebijakan yang mendukung budaya positif. Mereka memastikan bahwa seluruh staf memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini. Tindakan yang bisa dilakukan melalui mengembangkan program dan kebijakan yang mendukung kesejahteraan siswa, melaksanakan pelatihan bagi guru dan staf, serta menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendukung.

Siswa.

Siswa sendiri berperan dalam menciptakan budaya positif melalui interaksi mereka sehari-hari. Mereka belajar dan mengimplementasikan nilai-nilai seperti rasa hormat, empati, dan kerja sama. Caranya dengan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, mendukung teman sekelas, dan menunjukkan perilaku yang positif dan inklusif.

Orang Tua.

Orang tua memainkan peran penting dalam mendukung pendidikan dan perkembangan anak-anak mereka di rumah, serta berpartisipasi dalam komunitas sekolah. Caranya dengan berkomunikasi secara aktif dengan guru dan staf sekolah, berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, dan menciptakan lingkungan rumah yang mendukung pendidikan anak.

Staf Pendukung.

Staf pendukung, termasuk konselor, petugas kebersihan, dan staf administrasi, juga berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang aman dan menyenangkan. Caranya dengan memberikan dukungan emosional dan praktis kepada siswa, menjaga kebersihan dan keamanan sekolah, serta mendukung operasi sehari-hari sekolah.

Komunitas Sekolah.

Komunitas lokal, termasuk organisasi masyarakat dan perusahaan, dapat mendukung sekolah melalui berbagai program dan inisiatif. Langkah konkrit dengan menyediakan sumber daya dan dukungan, berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, dan membantu menciptakan kesempatan belajar di luar kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun