Dalam salah satu sesi di "Layar Tancap Mata Najwa" yang disiarkan di channel YouTube Najwa Shihab, momen itu sempat diistilahkan oleh Najwa dengan "nabok nyilih tangan", artinya memukul meminjam tangan orang lain.Â
Terkesan Ganjar ingin mengkritisi pemerintahan Jokowi melalui pancingan pertanyaan yang diajukan ke Anis. Tetapi hal ini sudah diklarifikasi Ganjar saat sesi pertanyaan dengan wartawan. Bahwasannya kebetulan saja pertanyaan itu jatahnya saat sesi 01 dan 03. Jika jatuh saat sesi 02 dan 03, tentu saja pertanyaan itu akan diajukannya ke Prabowo.
Hal yang menarik akan saya ulas tentang peribahasa tersebut. Peribahasa yang satu ini cukup populer dan mungkin kerap di dengar di kalangan masyarakat Jawa. Bagi masyarakat Jawa, paribasan mempunyai nilai yang sangat penting dalam kehidupan dan bahkan mencerminkan watak, sifat dan perilaku seseorang.
Nabok secara harafiah bisa bermakna nampol, nampar, mukul dalam artian keseharian di Jawa berunsur offensive, menyakiti yang dilakukan oleh seseorang menggunakan telapak tangan. Bukan kaki, siku, atau lainnya.
Nyilih dari kata silih yang berarti pinjam yang dikasih awalan melebur menjadi minjam, dalam hal ini menjadi nyilih yang kata harafiahnya meminjam.
Tangan secara harafiah berarti tangan, maksud sebenarnya telapak tangan. Tapi dalam kontek tertentu bisa berarti seseorang atau nama pihak yang lain.
Mengapa bukan oleh harus orang lain yang melakukan? Itu menyangkut budaya terselubung, politik hipokrit yang banyak disandang terutama di dunia timur.Â
Contoh misal saya tersakiti oleh perkataan atau perbuatan orang atau sekolompok orang dan saya ingin membalaskan dendam saya atas perbuatan mereka.Â
Supaya saya tidak terlihat terlibat langsung, tetap terlihat elegan di depan publik, tetap terlihat bersih maka saya mendelegasikan niat tersebut kepada seseorang atau sekelompok orang untuk mengeksekusinya atau membalaskan sakit hati saya.
Apapun cerita di balik serangkaian debat tersebut, semoga debat terakhir ini bisa dimaknai dengan lebih bijaksana. Dalam mengemban tujuan akhirnya, debat bukan hanya menghasilkan pemenang dan pecundang, tetapi lebih penting lagi, menciptakan pemahaman bersama, mengasah keterampilan berbicara dan mendengarkan, merangsang pemikiran kritis, dan membawa kepada solusi konstruktif. Dengan demikian, debat bukan hanya tentang kompetisi, melainkan tentang kolaborasi untuk mencapai kebijaksanaan dan pemahaman yang lebih mendalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H