Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator in SMA Sugar Group

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat dan bercita² menghasilkan karya buku solo melalui penerbit mayor. Learning facilitator di Sugar Group Schools sejak 2009, SMA Lazuardi 2000-2008; Guru Penggerak Angkatan 5; Pengajar Praktik Angkatan 11; Pembicara Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara ke 9; Pemenang Terbaik Kategori Guru Inovatif SMA Tingkat Provinsi-Apresiasi GTK HGN 2023; Menulis Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi"; Buku Antologi "Pelita Kegelapan"; Menulis di kolom Kompas.com; Juara II Lomba Opini Menyikapi Urbanisasi ke Jakarta Setelah Lebaran yang diselenggarakan Komunitas Kompasianer Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Karyawan Toksik yang Perlu Diwaspadai

31 Januari 2024   15:34 Diperbarui: 31 Januari 2024   15:51 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepertinya kadang kita temui rekan kerja yang hobinya selalu menyalahkan atasan (apapun kebijakan yang dibuat pasti dicari celah buruknya), dan tidak jarang menutupi kekurangannya dengan menjelekkan rekan kerja lain serta mengajak-ajak orang lain turut membencinya pula. Duh, harus extra sabar deh kita merespon orang seperti itu dan tetap fokus pada pekerjaan kita. 

Lingkungan kerja yang sehat memainkan peran penting dalam kesuksesan dan kebahagiaan di tempat kerja. Namun, kehadiran karyawan toksik dapat mengganggu harmoni dan produktivitas. Untuk menjaga keberlangsungan lingkungan kerja yang positif, penting untuk dapat mengidentifikasi ciri-ciri karyawan toksik. Berikut adalah beberapa ciri yang perlu diwaspadai:

1. Negatif dan Penuh Keluhan. Karyawan toksik cenderung memiliki sikap negatif dan sering mengeluh. Mereka melihat sisi buruk dari setiap situasi dan cenderung menyebarluaskan energi negatif kepada rekan kerja lainnya.

2. Kritik dan Penghinaan. Mereka selalu siap memberikan kritik tanpa membangun dan sering menggunakan bahasa yang menghina. Karyawan toksik bisa membuat orang lain merasa tidak berharga dan tidak dihargai.

3. Sulit Berkolaborasi. Karyawan toksik sulit bekerja sama dalam tim. Mereka tidak mampu memberikan kontribusi positif dan sering menghambat kemajuan proyek atau tim.

4. Manipulatif dan Penuh Intrik. Mereka cenderung menggunakan taktik manipulatif untuk mencapai tujuan mereka. Penciptaan intrik dan gosip adalah bagian dari perilaku mereka untuk menciptakan ketidakstabilan di lingkungan kerja.

5. Tidak Bertanggung Jawab. 
Karyawan toksik sering kali tidak bertanggung jawab atas tindakan atau kesalahan mereka. Mereka cenderung menyalahkan orang lain dan tidak mau mengakui kesalahan pribadi.

6. Berkurangnya Produktivitas Tim. 
Kehadiran karyawan toksik dapat merugikan produktivitas tim secara keseluruhan. Mereka mungkin menciptakan ketegangan di antara anggota tim dan mengurangi semangat kerja.

7. Ketidaksetiaan dan Pengkhianatan. Karyawan toksik dapat menunjukkan sikap tidak setia kepada rekan-rekan kerja. Mereka mungkin mencoba memanfaatkan situasi atau mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepada mereka.

8. Ketidakmampuan Menerima Umpan Balik. Mereka kesulitan menerima kritik atau umpan balik konstruktif. Karyawan toksik mungkin merasa terancam dan bereaksi secara defensif atau bahkan agresif terhadap umpan balik negatif.

9. Penciptaan Kebingungan dan Ketidakpastian. 
Karyawan toksik seringkali menciptakan kebingungan dan ketidakpastian di antara rekan-rekan kerja. Mereka mungkin menyimpan informasi atau berperilaku secara tidak konsisten.

10. Ketidakpedulian terhadap Kesejahteraan Lain. Sikap mereka yang egois dan tidak peduli terhadap kesejahteraan rekan kerja lain adalah ciri khas karyawan toksik. Mereka mungkin mengorbankan kesejahteraan orang lain demi kepentingan pribadi mereka.

Mengenali ciri-ciri karyawan toksik adalah langkah awal untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif. Penting untuk mengatasi perilaku toksik dengan tindakan yang tepat, seperti memberikan umpan balik konstruktif, menyediakan pelatihan interpersonal, atau bahkan mengambil tindakan disiplin jika diperlukan. Mengelola kehadiran karyawan toksik dengan bijaksana dapat meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan di tempat kerja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun