Penulis: Krisanti_kazan
Setiap guru dan orang tua memiliki pengalaman menghadapi situasi di mana seorang murid tiba-tiba mengalami penurunan kinerja akademis atau keengganan untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelas. Misalkan ada murid yang hampir selalu tidak masuk sekolah di hari tertentu atau izin ke UKS pada jam pelajaran tertentu. Dalam beberapa kasus, fenomena ini dapat disebabkan oleh faktor psikosomatis, yaitu kondisi di mana gejala fisik muncul sebagai respons terhadap stres atau masalah emosional. Artikel ini akan membahas contoh konkret seorang murid yang terkena fenomena psikosomatis bukan karena malas, serta bagaimana mendekati dan menangani situasi ini secara bijaksana.
Studi Kasus:
Imajinasikan seorang murid berprestasi tinggi yang tiba-tiba mengalami penurunan kinerja akademis dan absensi yang meningkat. Dia tampak kurang bersemangat dan cenderung menghindari interaksi sosial. Pada awalnya, ini mungkin dianggap sebagai sikap malas atau ketidakpedulian terhadap pembelajaran.
Namun, setelah mendekati murid tersebut, ditemukan bahwa dia mengalami tekanan emosional yang signifikan. Dia merasa cemas dan stres karena tuntutan akademis yang berlebihan dan konflik interpersonal di sekolah. Gejala fisik muncul dalam bentuk sakit perut, sakit kepala, dan gangguan tidur yang tidak dapat dijelaskan secara medis.
Pendekatan dan Penanganan:
Mendengarkan dengan Empati. Guru dan orang tua perlu memberikan ruang bagi murid untuk berbicara tentang perasaan dan pengalaman mereka tanpa penilaian. Mendengarkan dengan empati adalah langkah pertama dalam memahami akar masalah psikosomatis.
Konsultasi dengan Ahli Psikologi atau Konselor. Melibatkan profesional di bidang psikologi atau konseling dapat membantu mengidentifikasi penyebab stres dan memberikan dukungan yang sesuai. Mereka dapat memberikan solusi terapeutik dan strategi pengelolaan stres.
Penyesuaian Beban Akademis. Jika tekanan akademis menjadi penyebab utama stres, dapat dipertimbangkan untuk menyesuaikan beban tugas atau memberikan dukungan tambahan. Ini memberi murid kesempatan untuk pulih tanpa meninggalkan pelajaran.
Fasilitasi Pembicaraan Terbuka. Membuka jalur komunikasi antara murid, guru, dan orang tua adalah langkah kunci. Pembicaraan terbuka dan jujur dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pemulihan dan pertumbuhan emosional.
Pelibatan Orang Tua. Melibatkan orang tua dalam proses mendukung murid sangat penting. Orang tua dapat memberikan perspektif tambahan tentang dinamika keluarga dan membantu menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan anak.
Dalam menghadapi fenomena psikosomatis pada murid, penting untuk tidak menilai prematur dan menganggapnya sebagai sikap malas. Setiap perubahan perilaku atau penurunan kinerja dapat menjadi sinyal bahwa murid memerlukan perhatian khusus. Dengan mendekati masalah ini dengan empati, memanfaatkan sumber daya profesional, dan memfasilitasi komunikasi terbuka, kita dapat membantu murid melewati fase sulit ini dan membangun fondasi kesehatan mental yang kokoh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H