Mohon tunggu...
Sri Kristiyani
Sri Kristiyani Mohon Tunggu... Guru - Menulis itu perlu ide dan ide itu perlu dicari dan direnungkan

Panggilan menjadi seorang guru bukannya semakin mudah, tetapi kita akan mampu melewatinya jika kita menggunakan hati kita untuk menjalani panggilan tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tiga Hierarki Kebutuhan Maslow yang Pertama dalam PTMT

11 November 2021   20:10 Diperbarui: 11 November 2021   20:31 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abraham Maslow adalah seorang psikolog yang berasal dari Amerika dan menjadi pelopor aliran psikologi humanistik serta terkenal dengan teorinya tentang hierarki kebutuhan manusia. Hierarki kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan penghargaan, serta kebutuhan aktualisasi diri. Maslow beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat yang lebih rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi menjadi hal yang bisa memotivasi.

Teori kebutuhan Maslow ini sangat mudah dipahami dan diterapkan pada semua bidang kehidupan. Teori ini sangat memperhitungkan sifat manusia yang cenderung memenuhi kebutuhan tingkat paling dasar, lalu ke tingkat yang lebih tinggi. Namun, teori ini juga sulit diukur karena pemikiran dan kepuasan orang berbeda-beda untuk setiap tingkat kebutuhan yang mereka ingin penuhi. Oleh karena itu, saya akan menganalisis kelebihan dan kelemahan dari teori kebutuhan Maslow ini dalam pembelajaran daring sekaligus PTMT dalam sebuah refleksi.

Kebutuhan rasa aman tetap menjadi yang pertama diperhitungkan oleh para orangtua untuk membawa anak mereka kembali ke sekolah ketika pelaksanaan PTMT mulai disosialisaikan kepada orangtua. Hal itu dikarenakan dari 27 anak perwalian saya, 10 orangtua memilih untuk PTMT dan 17 orangtua tetap menginginkan anak mereka tetap HBL. Alasannya sama, baik yang mengizinkan ataupun yang tidak mengizinkan sama, yaitu keyakinan terhadap kebutuhan rasa aman dari virus corona. Kebutuhan rasa aman dari virus menjadi prioritas utama di tengah pandemi.

Setelah rasa aman terpenuhi, yang menjadi pemikiran orangtua yang mengizinkan anaknya PTMT adalah kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki yang sudah lama hilang dari anak mereka, tepatnya dimulai dari Maret 2020 ketika pemerintah memutuskan untuk melaksanakan pembelajaran daring. 

Anak-anak hanya berinteraksi dengan laptop dan HP mereka, bahkan untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga pun berkurang. Dengan PTMT, orangtua berharap anak mereka bisa kembali berinteraksi langsung dengan teman dan guru serta kembali menjalin persahabatan secara langsung saat jam istirahat. Meskipun awalnya kaku persis saat online, tetapi akhirnya suasana kelas pun mulai cair Ketika hari ketiga mereka PTMT. Saya bisa melihat kegembiraan dari wajah anak-anak yang PTMT dari balik masker mereka dan juga kebahagiaan guru-guru ketika bisa menyapa mereka secara langsung.

Kebutuhan berikutnya yang dipikirkan orangtua yang anaknya PTMT adalah kebutuhan fisiologis, yaitu bagaimana mereka harus membekali makanan dan minuman yang cukup untuk anak mereka mengingat kantin sekolah belum beroperasi. Orangtua ada yang sudah menyiapkan bekal dari rumah sejak pagi, ada yang mengantar ke sekolah saat jam istirahat, bahkan ada orangtua yang memesankan makanan untuk anaknya melalui aplikasi.   

Dari 3 hierarki kebutuhan Maslow yang pertama, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, serta kebutuhan rasa cinta dan memiliki, kita tidak menerapkannya secara berurutan dalam konteks pembelajaran daring sekaligus PTMT. Hal ini lebih menunjukkan bahwa hierarki kebutuhan manusia itu bisa saja berubah sesuai dengan kondisi, situasi, dan konteks, bukan sekadar karena tingkat kepuasan serta pemikiran setiap orang akan pemenuhan kebutuhan yang berbeda.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun