Mohon tunggu...
Kris Hadiwiardjo
Kris Hadiwiardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Eks Penulis Artikel Bisnis, Ekonomi, Teknologi Harian Pelita

Penulis adalah peminat bidang teknologi, Komputer, Artificial Intelligence, Psikologi dan masalah masalah sosial politik yang menjadi perbincangan umum serta melakukan berbagai training yang bekenaan dengan self improvement, human development dan pendidikan umum berkelanjutan bagi lanjut usia.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tak Ada Musuh Abadi bagi Politisi

24 Oktober 2024   16:01 Diperbarui: 24 Oktober 2024   16:05 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak Ada Musuh Abadi, Hanya Kepentingan Abadi: Pergerakan Dinamis di Balik Politik Indonesia

Dalam dunia politik, kita sering mendengar istilah "tidak ada musuh abadi, hanya kepentingan abadi." Pepatah ini tampaknya menjadi pedoman tak tertulis yang diikuti oleh banyak politisi di Indonesia. Ketika kita melihat perjalanan politik beberapa tokoh yang dahulu keras menentang Prabowo Subianto, namun kini bergabung atau mendukungnya, kita mendapatkan gambaran jelas tentang bagaimana kepentingan mengalahkan segala bentuk prinsip dan idealisme.

Permainan Kepentingan yang Dinamis

Di kancah politik nasional, perubahan sikap para tokoh politik ini sering terjadi dengan cepat, memicu kebingungan dan bahkan frustrasi di kalangan publik. Anies Baswedan, misalnya, pernah menjadi pendukung Joko Widodo (Jokowi) pada Pemilu 2014 dan kerap mengkritik Prabowo. Salah satu pernyataannya pada masa itu:  

"Kita butuh pemimpin yang membangun demokrasi, bukan yang merusak demokrasi dengan pendekatan kekuasaan."  

Namun, seiring berjalannya waktu, Anies mendapat dukungan dari Prabowo dan partai Gerindra untuk memenangkan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Sikap Anies yang sebelumnya kritis terhadap Prabowo perlahan mengendur setelah ia menerima dukungan politik yang penting bagi kariernya.

Fenomena yang sama terjadi pada tokoh senior seperti Amien Rais, yang dulunya dikenal sebagai pengkritik keras Prabowo, terutama karena isu pelanggaran HAM yang menyeret namanya. Amien pernah menyatakan:  

"Prabowo adalah bagian dari masa lalu yang tidak bisa kita lupakan, kita harus waspada terhadap kepemimpinannya."  

Namun, setelah PAN (Partai Amanat Nasional) ikut serta dalam koalisi pendukung Prabowo pada Pemilu 2019, Amien Rais terlihat lebih kompromis dan bahkan lebih toleran terhadap Prabowo. Seakan-akan sikap keras yang pernah ia usung hanyalah bagian dari masa lalu yang bisa diubah sesuai kepentingan politik saat ini.

Perubahan Sikap yang Diwarnai Kepentingan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun