SEMUA PEMIMPIN BERBUAT SALAH
Semua pemimpin pasti berbuat salah. Semua manusia tidak ada yang luput dari kesalahan. Semua orang bisa khilaf. Itulah manusia.
Tapi apa yang mereka lakukan setelah berbuat kesalahan. Itulah yang membedakan derajat manusia.
Ada yang bertobat dan tidak mengulanginya kembali. Ada yang minta maaf tapi jatuh dalam keselahan yang sama berulang kali. Â Ada yang meminta maaf, dalam hati saja karena beban emosi yang begitu berat dalam mengucapkan kata maaf, seperti lagu "Hard to say I'm sorry"nya Peter Cetera. Ada yang menangis dalam hati penuh penyesalan. Dan ada yang tidak mau minta maaf samasekali. Bahkan ada yang tidak sadar telah berbuat salah.
Baru-baru ini ada tayangan video yang menayangkan Prabowo minta maaf atas kesalahan-kesalahannya dimasa lampau dihadapan orang-orang yang dahulu pernah terkena sasaran tindakannya, ditambah editan tayangan komentar Jend. Purn. Wiranto terhadap Prabowo. Dan publik pasti sudah banyak yang tahu masalah apa ini.
Tapi yang ingin ditinjau oleh tulisan ini adalah meletakkan kasus kesalahan yang pernah dilakukan pemimpin-pemimpin dunia dalam konteks sejarah dunia secara luas.
Manusia selalu berbuat salah, karena kurangnya pengetahuan atau pengalaman atau tahu perbuatannya salah tapi dorongan nafsunya mengalahkan akal sehatnya sehingga ia terus melakukan kesalahan dengan sengaja berulang-ulang untuk memperoleh kenikmatan, kepuasan sementara. Contoh yang mudah seperti metokok.
Para pemimpin dunia yang harus mengambil keputusan-keputusan besar dalam bidang yang luas dan mempengaruhi hidup oramg banyak, Â seringkali tidak memiliki waktu dan sumberdaya yang cukup untuk mempertimbangkan keputusan-keputusan yang besar dalam keadaan genting seperti perang atau kekacauan politik dan sosial yang luas. Tindakan atau keputusan harus segera diambil atau resiko-resiko akan semakin besar dan tidak terkendali.
Pada keadaan-keadaan seperti inilah kesalahan-kesalahan besar yang sering tidak dapat diperbaiki terjadi.
Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, termasuk para pemimpin besar yang mengendalikan nasib bangsa. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, keputusan yang salah sering kali baru terlihat jelas setelah dampaknya dirasakan. Para pemimpin yang berada di posisi puncak kekuasaan kerap membuat keputusan dengan keyakinan bahwa mereka melakukan yang terbaik untuk rakyat dan negara. Namun, ketika realitas menunjukkan sebaliknya, rasa sesal muncul dan kesalahan menjadi pelajaran penting. Di sinilah muncul sebuah kebijaksanaan yang perlu dipahami oleh publik: semua orang membuat kesalahan, dan kesalahan pemimpin bisa berakibat sangat besar.