Mohon tunggu...
Kris Hadiwiardjo
Kris Hadiwiardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Eks Penulis Artikel Bisnis, Ekonomi, Teknologi Harian Pelita

Penulis adalah peminat bidang teknologi, Komputer, Artificial Intelligence, Psikologi dan masalah masalah sosial politik yang menjadi perbincangan umum serta melakukan berbagai training yang bekenaan dengan self improvement, human development dan pendidikan umum berkelanjutan bagi lanjut usia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gibran Rakabuming & 17 Pemimpin dunia

19 Oktober 2024   15:17 Diperbarui: 19 Oktober 2024   15:20 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andrew Jackson  (Amerika Serikat)


Jackson, presiden ke-7 AS (1829-1837), menerima sedikit pendidikan formal. Yatim piatu sebagai anak, ia tumbuh di perbatasan dan belajar hukum sendiri. Kepemimpinannya dalam militer dan daya tarik populis menjadikannya pahlawan bagi banyak orang kelas pekerja Amerika.

Volodymyr Zelenskyy

Zelenskyy, Presiden Ukraina sekarang, Meskipun mempunyai latar belakang pendidikan hukum, ia bahkan tidak mengejar profesinya tapi justru menjadi seorang pelawak dalam sebuah program televisi, sebelum menjadi presiden Ukraina.

Para pemimpin ini menunjukkan bahwa meskipun pendidikan formal dapat menjadi jalan menuju kekuasaan, ada banyak jalur menuju kepemimpinan yang mengandalkan karisma, pengalaman, dan manuver politik daripada pencapaian akademis.

Kesimpulan: Mengapa Kita Harus Lebih Percaya pada Gibran

Mengingat pengalaman langsung Gibran bersama Jokowi selama satu dekade penuh dalam politik tingkat tinggi, ia memiliki peluang yang jauh lebih baik dibandingkan para pemimpin di atas. Meskipun ia terus mendapat serangan mengenai kredensial pendidikan dan tuduhan nepotisme, sejarah menunjukkan bahwa latar belakang yang sederhana, atau bahkan suram, tidak menjadi penghalang bagi seseorang untuk menjadi pemimpin yang efektif.

Gibran telah menyaksikan dari dekat bagaimana keputusan politik diambil, bagaimana menangani krisis, dan bagaimana menjaga stabilitas negara. Dengan modal pengalaman ini, masyarakat Indonesia seharusnya tidak memiliki keraguan tentang kapasitasnya untuk menjalankan pemerintahan di masa depan. Faktanya, kepemimpinannya bisa saja membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, melampaui ekspektasi publik yang sering kali dipengaruhi oleh bias politik dan persepsi pribadi.

Jika para pemimpin dunia di atas bisa berhasil, mengapa kita tidak memberi kesempatan yang sama kepada Gibran, yang memiliki fondasi lebih baik dan kesempatan belajar yang lebih besar?(KH)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun