Mohon tunggu...
Kris Hadiwiardjo
Kris Hadiwiardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Eks Penulis Artikel Bisnis, Ekonomi, Teknologi Harian Pelita

Penulis adalah peminat bidang teknologi, Komputer, Artificial Intelligence, Psikologi dan masalah masalah sosial politik yang menjadi perbincangan umum serta melakukan berbagai training yang bekenaan dengan self improvement, human development dan pendidikan umum berkelanjutan bagi lanjut usia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta Hancur Berkeping

8 Oktober 2024   10:21 Diperbarui: 8 Oktober 2024   10:49 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CINTA HANCUR BERRKEPING

Sekali cinta hancur berkeping-keping, Meski kau coba susun kembali, Terkadang luka itu masih tampak jelas, Menyisakan jejak dari masa lalu yang pilu.

Saat hati dihancurkan oleh badai, Kepingan cinta berserakan di tanah, Bersama rasa sakit yang mendalam, Mengguratkan luka di dalam jiwa.

Dalam keheningan malam yang sunyi, Kau duduk, mencoba memunguti serpihan, Menyatukan kembali bagian-bagian yang patah, Membentuk cinta yang pernah utuh.

Namun, meski terlihat utuh dari luar, Ada keretakan halus yang tak terlihat, Menyisakan bekas dari pertempuran batin, Bahwa cinta ini pernah terhempas keras.

Setiap serpihan yang disatukan kembali, Mengajarkan arti ketangguhan dan keberanian, Namun tak bisa menghapus jejak waktu, Bahwa cinta ini tak lagi sama seperti dulu.

Cinta yang terluka harus dijahit dengan sabar, Namun tetap ada bekas dari benang kehidupan, Mengingatkan kita bahwa cinta itu rapuh, Namun juga kuat, meski telah jatuh berulang kali.

Jiwa mungkin terlihat utuh dari luar, Namun hati ini tak lagi sama, Setelah hancur dan disusun kembali, Cinta ini adalah bukti bahwa kita pernah terluka.

Dalam setiap detak jantung yang berbunyi, Ada kekuatan dari cinta yang bangkit, Meski tak utuh seperti dulu, Namun cinta ini tetap berharga dan indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun