Bingkai Pengkhianatan
Di sudut kota yang berdebu, Seorang pria miskin, harapan terbelenggu, Cintanya tulus, tanpa harta, Namun kekasihnya pergi mencari harta.
Gadis itu memilih jalan yang lain, Mengikuti janji emas yang gemerlap, Dia percaya masa depan terjamin, Namun cinta sejati, tak pernah mengenal harta.
Waktu berlalu, roda nasib berputar, Pria miskin kini berdiri sebagai raja, Kekayaan mengalir dalam genggamannya, Sementara cinta lama terbayang di matanya.
Sang gadis, yang dulu berpaling, Kini hidup dalam bayang-bayang kemiskinan, Namun pria itu masih mencintainya, Meski luka pengkhianatan, terus menghantuinya.
Di hatinya ada kebingungan yang mendalam, Antara cinta yang tak pernah pudar, Dan kenangan pahit pengkhianatan, Yang tak mudah terhapus dalam ingatan.
Di taman yang sepi, dia duduk merenung, Mencoba memahami perasaan yang rumit, Cinta yang dulu menyala terang, Kini bercampur dengan duka yang mendalam.
Dia merindukan saat-saat bersama, Namun bayangan pengkhianatan menghantui, Cinta dan luka bersatu dalam hati, Menyisakan kebingungan yang tak bertepi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H