Mohon tunggu...
Sandy Sulistyo
Sandy Sulistyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang mahasiswa yang sedang mencoba berbagi melalui tulisan. Get your pen and give inspiration for all people!! :) http://kribos.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[FFA] Chiko Si Ayam Jantan

20 Oktober 2013   08:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:17 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

No. 284, Sandy Sulistyo Chiko adalah seekor ayam jantan. Chiko hidup bersama keluarganya di sebuah desa unggas. Burung, ayam, bebek , angsa dan berbagai jenis unggas hidup damai di sana. Chiko memiliki dua orang adik kembar yang bernama Chaki dan Chika. Kedua orang tuanya sangat menyayangi Chiko dan kedua adiknya. Ayah Chiko sangat bangga menjadi keluarga ayam. Di desa unggas para ayam memiliki tugas mulia, yaitu membangunkan semua penduduk ketika pagi hari. Para ayam akan berkokok dengan suara sekeras mungkin hingga semua penduduk terbangun dari tidurnya. Apabila para ayam tidak berkokok dengan baik, semua penduduk akan terlambat bangun.

Saat ini, jam dinding rumah Chiko menunjukkan pukul 07.00. Ibu Chiko terlihat sedang menyiapkan sarapan. Kedua adik Chiko sangat bersemangat menunggu sarapan yang dibuat ibunya. Beberapa saat kemudian, masakan Ibu Chiko telah siap. Semua anggota keluarga berkumpul untuk bersiap menyantap sarapan yang telah disediakan. Setelah sarapan Chiko dan kedua adiknya akan pergi sekolah bersama-sama. Sebelum berangkat sekolah, Chiko dan kedua adiknya pun tidak lupa untuk berpamitan kepada kedua orang tuanya.

Sesampainya di sekolah, Chiko belajar seperti biasa. Pada hari ini, akan ada pelajaran mengenai cara berkokok dengan baik. Chiko sangat membenci pelajaran ini. Chiko memiliki suara yang tidak bagus. Chiko pun takut hari ini akan diejek lagi oleh teman-temannya karena memiliki suara yang tidak bagus.

“Selamat pagi anak-anak! Sudah siap semuanya untuk belajar berkokok hari ini?”, kata ibu guru dengan penuh semangat.

“Siiiiaaaapppp ibuuuu ...... !!!”, para murid menjawab dengan serentak.

“Sekarang, ibu akan memberikan kalian contoh berkokok yang baik. Nanti kalian ikuti suara ibu ya! Pertama-tama tarik napas dalam-dalam kemudian keluarkan suara berkokok kalian sekeras mungkin. Kukuruyuuuuuuk .... kukuruyuuuuuk .... kukuruyuuuuk .... !!!!”, kata ibu guru.

“Kukuruyuuuuk .... kukuruyuuuuk .... kukuruyuuuuuk .... !!!”, para murid mengikuti.

Diantara semua murid, terdapat satu murid yang tidak mau ikut belajar berkokok. Murid tersebut hanya duduk diam di sudut kelas. Murid tersebut adalah Chiko. Ibu guru yang melihat Chiko seperti itu mencoba bertanya kepadanya.

“Chiko, kamu sedang sakit?”, tanya ibu guru kepada Chiko.

“Tidak bu, saya baik-baik saja kok”, jawab Chiko.

“Jika kamu tidak sakit, mengapa kamu tidak mau ikut belajar berkokok. Ayo, belajar berkokok bersama ibu dan teman-teman lainnya”, tanya ibu guru.

“Saya malu bu, suara saya jelek. Teman-teman saja sering mengejek suara saya”, keluh Chiko.

“Loh, gak boleh malu. Kamu pasti bisa kok”, ibu guru memberikan semangat.

“Ayo coba, ikuti petunjuk yang telah ibu ajarkan tadi. Tidak perlu takut, ayo coba !”, kata ibu guru.

“Ehhhmmm, .... saya coba deh bu. Kukukrupuuuuk .... kukukrupuuuk .... kukukrupuuuk .... !!!”, teriak Chiko.

“Bukan begitu, ayo coba lagi!”, kata ibu guru.

“Kukukrupuuuuk .... kukukrupuuuk .... kukukrupuuuk .... !!!”, teriak Chiko lagi.

“Lihat, Chiko tidak bisa berkokok dengan baik. Suaranya jelek, hahahaa ..... !”, teriak salah seorang teman Chiko.

“Anak-anak, kalian tidak boleh mengejek teman kalian seperti itu dong. Kita semua kan sedang belajar, Chiko juga sedang belajar seperti kalian. Ayo Chiko, coba lagi. Jangan dengarkan apa kata teman-temanmu”, kata ibu guru.

“Kukukrupuuuuk .... kukukrupuuuk .... kukukrupuuuk .... !!!”, teriak Chiko lagi.

Mendengar suara Chiko, teman-temannya pun mentertawakannya lagi. Setelah berlatih berulang-ulang, Chiko tetap tidak mampu mengeluarkan suara berkokok yang indah. Bahkan Chiko semakin sering mendapat ejekan dari para temannya karena suaranya yang buruk. Chiko pun semakin malu dan tidak mau belajar berkokok lagi. Setelah sekolah selesai, Chiko langsung pulang dengan wajah sedih. Padahal, Chiko sudah sering berlatih dengan sang ayah maupun ibu guru di sekolah, namun tetap saja sampai hari ini Chiko tidak berhasil berkokok dengan baik.

*****

Di tengah perjalanan pulang, Chiko bertemu dengan seorang kakek yang sedang bersantai di bawah kebun. Sang kakek pun memanggil Chiko yang terlihat sedang bersedih. Sang kakek bertanya kepada Chiko mengapa ia terlihat begitu bersedih. Chiko menjelaskan bahwa ia baru saja diejek teman-temannya karena suara berkokoknya yang buruk. Mendengar hal tersebut, sang kakek langsung tertawa terbahak-bahak. Sang kakek mengatakan bahwa seekor ayam yang tak mampu berkokok adalah ayam yang buruk. Chiko pun semakin sedih mendengar perkataan sang kakek. Sesaat sebelum pergi, Chiko dipanggil oleh sang kakek. Sang kakek mengatakan bahwa apabila Chiko ingin dapat berkokok dengan baik, Chiko harus pergi ke sebuah danau ajaib yang ada di balik bukit selatan. Sang kakek menceritakan bahwa apabila seekor unggas meminum air dari danau tersebut, segala permintaannya akan segera dikabulkan. Sang kakek bercerita juga bahwa keajaiban danau tersebut hanya ada di malam hari. Selain itu, danau ajaib juga dihuni oleh seekor angsa raksasa yang membuat Chiko harus berhati-hati. Meskipun agak ketakutan dengan angsa raksasa, Chiko sangat bersemangat untuk segera pergi ke danau ajaib di balik bukit selatan itu. Chiko sangat berharap bahwa impiannya untuk dapat berkokok dengan baik bisa terwujud.

*****

Malam hari ini, Chiko akan pergi ke danau ajaib di balik bukit selatan. Chiko tidak ingin ada anggota keluarga yang lain tahu bahwa ia pergi malam ini. Setelah semua anggota tertidur, Chiko keluar dengan perlahan. Chiko pergi dengan membawa sebuah obor dan sebotol air minum.

*****

Setelah berjalan cukup jauh, Chiko akhirnya sampai pada danau ajaib yang berada di balik bukit selatan. Chiko kemudian melihat keadaan di sekitarnya yang sangat gelap dan terdapat banyak pohon besar. Chiko pun teringat bahwa di danau ajaib ini ada angsa raksasa yang merupakan penghuni danau. Chiko pun mencoba mencari-cari angsa raksasa yang dimaksud cerita sang kakek. Chiko menggunakan sinar yang terpancar dari obornya untuk mencari angsa raksasa. Setelah yakin bahwa angsa raksasa sedang tidak ada, Chiko segera meminum air danau ajaib dan mengucapkan permintaannya bahwa ia ingin berkokok dengan baik.

Setelah meminum air danau, Chiko merasa bahwa ia mampu untuk berkokok dengan baik.

“Kukukrupuuk .. kukukrupuuk .. !!”, Chiko mencoba berkokok.

“Kukukrupuuk .. kukukrupuuk .. !!”, Chiko mengulanginya lagi.

Meskipun Chiko sudah meminum air danau ajaib, suara Chiko masih terdengar buruk. Chiko bingung kenapa suaranya tidak berubah. Chiko kemudian kesal karena ternyata sang kakek telah berbohong kepadanya. Disaat sedang kesal, tiba-tiba saja suara bergemuruh datang dari dasar danau. Chiko pun kaget bahwa angsa raksasa yang diceritakan sang kakek datang dari dasar dananu dan segera menghampirinya. Chiko pun berlari ketakutan. Chiko pergi berlari sambil membawa obornya. Chiko berlari secepat mungkin untuk menghindar dari kejaran angsa raksasa.

“HEEIII, MAU KE MANA KAU AYAM KECIL. KEMBALI KE SINI !!!”, kata angsa raksasa.

Mendengar suara angsa raksasa yang sangat keras, Chiko menjadi semakin takut.

TOLOOONG ... TOLOOONG ... TOLOOONG ... !!!”, teriak Chiko.

“TOLOOOONG .... TOLOOOONG .... KUKURUYUUUUK .... KUKURUYUUUUK .... KUKURUYUUUK ... !!!”, teriak Chiko semakin keras.

Saat Chiko menengok ke belakang, ia melihat sang angsa raksasa semakin mendekati dirinya.

“TOLOOOOONG .... TOLOOOONG .... TOLOOOONG .... KUKURUYUUUUUK .... KUKURUYUUUUK ... KUKURUYUUUUK ... !!!”, teriak Chiko.

Chiko terus berteriak seperti itu hingga ia masuk ke wilayah pemukiman warga desa unggas. Para unggas yang mendengar suara itu pun segera terbangun. Bahkan, sampai ia berada di depan rumahnya ia masih saja berteriak minta tolong. Setelah masuk ke dalam rumah, Chiko disambut dengan kedua orang tuanya. Bukannya memberikan pertolongan, kedua orang tua Chiko memberikan selamat kepada Chiko.

“Selamat ya Chiko, akhirnya kamu berhasil melakukannya dengan baik”, ucap sang ayah dengan bangga kepada Chiko.

”Selamat apanya ayah, saya ini lelah sekali setelah dikejar-kejar angsa raksasa tadi”, ucap Chiko yang heran dengan perkataan ayahnya.

“Sudah, jangan suka cerita yang tidak-tidak. Tadi ayah mendengar kamu berkokok dengan sangat bagus. Suara kamu juga sangat keras. Ayah yakin semua penduduk desa unggas pasti mendengar dan langsung bangun. Ayah bangga sama kamu”, sang ayah memberikan penjelasan.

Setelah dipikir-dipikir, selama Chiko berteriak minta tolong ia memang berkokok dengan sangat keras. Ia tidak menyangka bahwa pada saat ia meminta tolong, suara berkokoknya tanpa sengaja ia keluarkan dengan baik dan keras sekali. Chiko pun sangat senang bahwa ternyata ia mampu berkokok dengan baik. Sang ayah pun bercerita bahwa mulai saat ini Chiko tidak perlu takut lagi untuk berkokok. Chiko harus berani dan percaya diri bahwa suara berkokok yang dimilikinya sangat bagus. Chiko pun tidak perlu takut lagi diejek oleh teman-temannya. Sejak saat itu, Chiko selalu ikut ayahnya saat ingin berkokok di pagi hari. Bersama para ayam lainnya, Chiko pun berkokok dengan riang setiap pagi.

“KUKURUYUUUUUK .... KUKURUYUUUUK .... KUKURUYUUUUUK .... !!!!

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community.

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun